Ryan berhenti di tengah langkah, dan alisnya berkerut. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Tetapi alih-alih menjawabnya, tatapan Delyth terkunci pada Zenith, memandang marah seolah-olah cukup melihatnya adalah sebuah penghinaan.
Zenith bergeser sedikit tidak nyaman di bawah tatapannya tetapi tetap menjaga wibawa, menawarkan senyuman sopan. "Bu Ember," sapanya dengan nada tenang dan profesional, seperti yang selalu ia lakukan.
Dia tidak tahu banyak tentang Delyth, tetapi dia tahu satu hal —Ryan peduli padanya lebih dari dia peduli pada wanita lain. Itu saja sudah cukup untuk membuat Zenith memperlakukannya dengan hormat. Bukan karena dia ingin, tetapi karena posisinya menuntutnya.
Delyth tidak membalas sapaannya. Matanya tetap dingin, seolah-olah dia menyimpan dendam yang dalam dan membara.
"Delyth!"
Ryan memanggil namanya lagi, jelas tidak menyukai cara dia memandang Zenith. Dia melangkah di antara mereka, memblokir jarak pandang. "Saya bertanya padamu —kenapa kamu di sini?"