-_-_-♡-_-_-
Lapangan hukuman membentang layaknya sebuah halaman suram, dengan ruang terbuka yang luas dikelilingi oleh dinding batu tinggi yang seolah menggema setiap suara.
Atapnya tak ada, dan hal itu membuat kerumunan terpapar pada langit senja yang redup. Garis-garis lemah oranye dan ungu mewarnai cakrawala, menciptakan bayangan panjang dan bergerigi melintasi lantai yang tak rata. Obor mengisi dinding, dan nyala baranya berkelip-kelip berjuang menahan kegelapan yang merayap. Udara penuh dengan bau keringat, darah, dan kematian yang mendekat, menambah beban suram yang melekat pada kerumunan yang berkumpul.
Di tengah suasana suram itu, dua sipir memegang anak laki-laki yang bermata penutup tetap berdiri, tubuhnya yang ringkih merosot di antara mereka, sementara algojo sudah siap, menggenggam sebilah pisau yang berkilau di tangannya.