-_-_-♡-_-_-
Esme terbangun di atas tempat tidur yang nyaman, sisa-sisa kantuk masih melekat padanya hingga sensasi tangan yang lembut mengusap pipinya membangunkannya sepenuhnya.
Bulu matanya berkedip, dan saat pandangannya jernih, napasnya tercekat saat melihat Donovan di depannya. Pandangannya terkunci dengan miliknya, lembut namun intens, dan membuatnya terpaku dengan daya tarik yang tak terbantahkan.
"Donovan?" Esme bergumam, suaranya serak oleh kantuk.
Namun sebelum dia bisa memahami kehadirannya, rasa nyeri tumpul berdenyut di pelipisnya. Dia meringis dari sensasi itu, secara naluriah mengangkat tangan ke dahinya. "Kamu tidak akan percaya," katanya. "Aku mimpi yang paling aneh—sangat absurd. Apakah kamu tahu—"