Malam sudah tidak lagi muda saat kami akhirnya tertidur. Cahaya bulan berganti dengan putih susu langit fajar, dan koor burung pertama mulai terdengar di hutan yang jauh.
Tapi semuanya terbayar. Aku akan menukar setiap menit tidur demi lebih banyak waktu terjaga bersamanya.
Pikiran yang sama masih ada di kepalaku saat aku terbangun karena sentuhan bibir di atas bulu mataku setelah beberapa jam tidur sejenak.
"Seharusnya aku membiarkanmu tidur lebih lama," kata Bai Ye dengan lembut, "tapi hari ini adalah hari pembagian peralatan untuk turnamen. Kamu harus segera pergi ke puncak utama."
Aku membuka mata. Disambut dengan senyum indahnya saat pertama kali di pagi hari terasa surgawi. "Apakah kamu akan ikut denganku?" tanya ku tanpa berpikir, lalu sadar betapa bodohnya pertanyaan itu. Melibatkan para master dalam urusan sehari-hari seperti ini mungkin akan menakutkan para murid yang menjalankan tugas itu.
"Maaf... aku belum benar-benar terjaga," tambahku.