Di Balik Pintu Tertutup

Dia tidak menekan terlalu keras padaku, namun masih hampir mustahil untuk bernapas. Keseluruhan udara di dalam ruangan terasa terbakar saat lidahnya melintas di atas daun telingaku, dan tangannya menyusup melalui kerah bajuku, menggoda dengan sentuhan terlatihnya. Telapak tangannya menyengat... Bukankah tadi dingin saat ia menolong mendinginkan pipiku?

Apapun alasannya, ini bukan saatnya untuk berpikir. Ku jalin jari-jariku melewati rambutnya dan mendorongnya pelan, membuatnya memalingkan wajah ke arahku. "Lalu apa yang kamu tunggu?" bisikku dan mencari bibirnya.