Apa untuk Makan Malam?

Seolah ingin menebus semua malam yang kami lewatkan selama bulan lalu, kami terguling di tempat tidur terlalu lama hari itu. Tak perlu dikatakan bahwa ketika kami akhirnya bangun keesokan paginya setelah hampir tidak tidur, jam sudah sangat terlambat.

Saya berguling malas di bawah selimut, mengerjapkan mata melawan sinar matahari terang yang menembus jendela di atas kami. "Kami terlewat pemandangan matahari terbit yang kau janjikan," gumamku, menutupi mataku dengan tangan. "Sekarang pasti hampir siang dengan cahaya sebanyak ini."

Dia melingkarkan lengannya. Saya tidak sadar sampai saat itu bahwa saya masih berbaring dalam pelukannya, dan gerakannya membuat saya berguling ke atas dadanya, menghadap ke bawah. "Kamu membuat pemandangan yang lebih indah daripada matahari terbit," katanya. Ciuman yang berlarut-larut pun terjadi.