"Ahh… ya… ya… di situ…" Suara itu tidak bisa salah, itu milik Veronica.
"Cepat… lebih keras," terdengar suara lain, rendah dan serak. Blakky.
Pipi Seraphina memerah saat mereka mencapai tepian sebuah lapangan kecil. Tersembunyi oleh percikan air terjun, di situ lah mereka—Veronica dan Blakky, sepenuhnya larut dalam dunia mereka.
Punggung Veronica membungkuk melawan batu, tubuhnya bercampur dengan Blakky, keduanya bergerak bersama dalam irama. Rintihannya bergema melalui lapangan, setiap satu lebih keras dari yang terakhir.
"Ahh… ya… kencangkan… lebih keras… uhh…" Veronica berteriak, suaranya terengah-engah.
Blakky menggeram sebagai respons, tangannya menggenggam pinggulnya saat mereka bergerak bersama di bawah air terjun. "Di situ… jangan berhenti…"