Kamu HARUS hidup...

"Tuan, Anda tidak boleh masuk ke sana! Ini berbahaya bagi ibu dan bayi jika Anda masuk!" seorang pelayan berteriak, hampir melemparkan dirinya di depannya.

Kaki Raven membeku. Berbahaya? Untuk keduanya? Dia menggenggam tangannya, berusaha mengendalikan emosinya. Namun teriakan lain bergema dari balik pintu, dan rasanya seperti ada yang memukul perutnya.

"Apakah dia baik-baik saja?" Suaranya pecah, mengkhianati facade ketenangannya.

"Ini normal, Yang Mulia," bidan meyakinkannya melalui pintu. "Hanya bagian dari proses. Anda perlu bersabar."

Sabar? Raven belum pernah merasa tidak sabar seperti ini dalam hidupnya. Setiap teriakan, setiap suara dari dalam ruangan, terasa seperti menguras darah dari pembuluh darahnya. Dia berjalan mondar-mandir, berusaha untuk tetap tenang.

"Masih belum ada bayi?" dia bertanya pada salah satu pelayan yang baru saja keluar.