Saat Efialtis mengatakan hal tersebut semuanya hanya bisa terdiam. Namun, Shisyl malah dengan tanpa ragu mengatakan.
"Kalau begitu, biar aku saja yang membunuhmu, kau bajingan." Dia kemudian melompat dengan cepat dan langsung memukul Efialtis hingga terjatuh dari tempat duduk yang di bawa Nessie.
Anehnya tak ada suara yang keluar dari pukulan maupun tubuh Efialtis yang jatuh, mereka merasakan sesuatu tak beres dan mulai memperhatikan sekitar termasuk Shisyl yang panik merasakannya.
Saat Nessie menoleh ke atas, Ekspresinya menjadi tak karuan. "S-semuanya, l-lihat itu."
Nessie menunjuk langit diatas dan saat semuanya menoleh jantung mereka terasa merosot ke lutut, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Sebuah wajah robek memperlihatkan bagian dalamnya, wajah itu menyelimuti langit dengan darah dan bau busuknya, tanpa mata maupun hidung, dan dipenuhi oleh cacing hidup yang menggeliat didalamnya sambil menampilkan senyuman lebar kepada mereka.
Meskipun mereka semua telah menghadapi situasi berbahaya dalam hidupnya, entah mengapa wajah itu memberikan kesan yang jauh lebih mengerikan.
Tak lama dari itu suara masuk kedalam kepala mereka bersamaan dengan ingatan kelam seseorang.
Ingatan seorang pria bernama Joshua 'The Traitor'. Seorang pria yang di siksa dua puluh tahun setelah menyelamatkan satu planet dari sebuah senjata yang di buat oleh pemerintahannya sendiri.
Ia di fitnah oleh semua orang bahkan keluarganya sendiri karena hal tersebut dan akhirnya dimasukkan kedalam penjara. Disana ia disiksa secara tak manusiawi.
Kedua kaki dan tangannya di potong, mata kanannya di congkel keluar, lidahnya di bakar, dan sisa tubuhnya di kuliti. Setelahnya dia dipukuli, ditebas dan di berikan makan bangkai tikus, dia kemudian meregang nyawa setelah berkata.
"Kalian lah PENGKHIANAT SEUNGGUHNYA!!!" Teriak Pria itu sembari memuntahkan darah dalam jumlah besar kemudian mati dan dibiarkan begitu saja.
'Kurang lebih itulah ceritanya.' Pikirnya saat memikirkan ingatan yang pas untuk mereka rasakan.
Nessie, Erys, dan Shisyl begitu ketakutan sampai-sampai memuntahkan seluruh isi perut mereka.
"Hahahaha!!! Apa kau juga merasakannya? Inilah yang ku rasakan selama ini!! Hahaha!" Efialtis merasa sangat lega melihat semua orang bergidik ketakutan. Terutama Shisyl yang mengganggunya.
Tapi Efialtis tak membiarkan mereka sampai gila, ia kemudian segera menarik kembali ingatan itu dan memunculkan dirinya sendiri sebagai malaikat.
Dengan kepakan sayap putih lembut memberikan kehangatan diantara ketakutan. Efialtis tersenyum halus menyambut mereka semua dengan uluran tangan.
"Raihlah tanganku wahai domba tersesat aku akan membawamu ke jalan kebahagiaan." Efialtis wajah tanpa dosa mengulurkan tangan hangatnya pada masing-masing dari mereka.
Saat masing-masing dari mereka menerima uluran tangan itu, mereka semua langsung kembali ke dunia nyata. Namun, Shisyl yang merasa curiga malah menepis uluran tangan itu dan membuatnya langsung di hantam Efialtis menggunakan sebuah palu penghakiman.
"Huff!!! Apa itu?!" Shisyl tersentak kaget dan terbangun saat hari sudah malam. Di sebelahnya terdapat Nessie dan Erys yang menjadikan paha mereka sebagai bantalan untuknya.
Shisyl segera bangkit sambil tersenyum bertanya pada keduanya. "Makasih, kak Nessie, kak Erys. Sekarang kita ada dimana ya?"
Saat berbalik Shisyl melihat semua orang sedang duduk mengelilingi api unggun sembari memasak makan malam.
"Paman Steky, Bibi Samantha, Bibi Jeanne? Kenapa paman Itterom tak ada disini?" Tanyanya merasa kebingungan.
Samantha menjawab pertanyaan Shisyl dengan suara dan senyuman manisnya. "Itterom, Vyzus, Vyz dan Efialtis sedang menyusuri wilayah sekitar."
"Oh begitukah?" Jawabnya sembari menghela nafas. Tapi tak lama kemudian ia merasakan sebuah energi yang sangat tipis mendekat bersamaan dengan energi besar yang menutupinya.
Ia kemudian melirik sekitarnya berharap menemukan Efialtis untuk langsung membunuhnya.
Efiatis dan yang lainnya akhirnya muncul dari kegelapan sembari menyembunyikan wajahnya. Efialtis berjalan beriringan di antara Vyzus dan Itterom sembari menggendong Vyz di kepalanya.
Efialtis kemudian melihat Shisyl yang menatap ke arah nya dengan sangat tajam dengan lembut memanggil Shisyl. "Shisyl apa kamu mencariku?, kamu masih membenciku ya? Ahh, manisnya."
Efialtis dengan suara menggoda dan senyuman nakal memanggil Shisyl. Saat melihatnya urat nadi di kepala Shisyl terlihat menandakan dirinya yang sangat kesal. Ia kemudian menerjang tanpa rasa takut menuju Efialtis.
Stab*
Tombak dua bilah Shisyl menusuk langsung ke perut Efialtis, membuatnya memuntahkan darah.
"Kau... BAJINGAN!!!" Vyz langsung murka saat melihat ayahnya tertusuk sebuah tombak dan memuntahkan darah.
Semua orang yang menyaksikannya juga langsung bertindak, berusaha menghentikan Shisyl dan Vyz dari bentrok.
"Hei, hei, semuanya santai saja. Kalian tahu aku kan? Aku ini abadi." Efialtis angkat suara mencoba mencairkan suasana.
"A-apakah ayah baik- baik saja?" Tanya Vyz merasa khawatir.
"Tenanglah nak, kamu percaya dengan ayah Efialtis kan?" Vyzus ikut campur menenangkan Vyz yang merasa khawatir berlebih.
"Itu benar Vyz, percaya dengan ayah ya!" Efialtis membenarkan perkataan Vyzus.
Meski dengan perasaan tak enak, Vyz tetap mempercayai kedua ayahnya tanpa bertanya lebih lanjut.
Shisyl yang masih menacapkan tombaknya di perut Efialtis kemudian berkata dengan nada menghina. "Kau memang sangat hina memiliki anak dengan seorang pria."
Vyz kembali marah. Namun, Vyzus segera mengelengkan kepalanya. Sementara itu Efialtis bukannya merasa kesal atau marah. Ia malah tertawa kecil menanggapi perkataan Shisyl.
"Yang benar saja, itu sama seperti kau menikahkan rubah dengan babi. Itu tidak mungkin dasar bodoh. Hahaha." Kata Efialtis sembari menurunkan Vyz dari pundaknya dengan lembut.
Shisyl menggertakan giginya, lalu menarik tombaknya dengan sangat keras. "Mari kita lihat seberapa lama-."
Sebelum menyelesaikan perkataanya Efialtis menarik kerah baju Shisyl dan berlari sembari menarik tubuh Shisyl menjauh dari tempat itu.
"Haruskah kita bantu dia?" Mungkin sudah terlalu biasa melihat tingkah Efialtis yang begitu tak tertebak Nessie hanya bertanya dengan santai.
Mereka kemudian semua saling melirik satu sama lain kemudian menggelengkan kepalanya. "Mending makan aja, daripada nanti malah ketemu masalah lagi benarkan?"
Jeanne kemudian menyuruh Nessie, Erys dan Vyz duduk di sampingnya, sementara Vyzus dan Itterom duduk di tempat yang telah disiapkan sebelumnya.
Kembali ke Efialtis yang akhirnya berhenti setelah menarik jauh lalu memasukkan nya kembali ke dunia ciptaannya.
"Sialan. Kamu ini memang batu sekali ya?" Ejek Efialtis memukul Shisyl dengan sangat keras.
Shisyl yang menerima pukulan itu terhuyung-huyung berusaha tetap berdiri. Namun, Efialtis langsung mengayunkan lututnya ke perut Shisyl tanpa ampun.
"Apa kamu tak menyadarinya? Kau tak bisa menggunakan kekuatan apapun disini. Tidak sampai kau paham dengan apa dasar dari tempat ini!"
Efialtis menjelaskan sembari terus memukuli Shisyl yang tak berdaya. Beberapa menit kemudian ia berhenti saat melihat Shisyl tersungkur ke tanah setelah menerima pukulan di perutnya.
Ia meringis kesakitan sembari menangis dan menyumpahi Efialtis. "Uhuk, uhuk, kenapa kau tidak menghilang saja? Apa kau merasa senang saat menyiksa seseorang? Kau memang yang terburuk. Kuharap kau membusuk di neraka jahanam, dasar bajingan SIALAN!!!"
Sumpah serapahnya membuat Efialtis menghela nafas lalu menjatuhkan lututnya ke tanah berlutut di hadapan Shisyl yang terbaring di tanah.
Layaknya seorang iblis, Efialtis tersenyum tipis dan berkata dengan lembut. "Iya, ini menyenangkan. Kau mau apa kalau aku menyukainya? Kau mau membunuh ku? Aduh, pantas saja semua orang di desa mati itu mungkin karena mereka semua itu orang bodoh. Hahahaha. Lagipula Kau hanyalah sebutir debu di mataku."
Efialtis dengan sepenuh hati menyampaikan isi hatinya. Efialtis menjadi seperti itu sederhananya karena ingin membuat seorang gadis berusia lima belas tahun itu membencinya bukan makhluk berbahaya di luar sana.
'Alasan receh, haha, sialan. Yah setidaknya anak ini akan aman menusuk ku dari belakang ketimbang harus mati saat menghadapi musuh sebenarnya.'
Di benaknya Efialtis menganggap itu pilihan terbaik untuk Shisyl meski harus membuat dirinya menjadi target balas dendam.
Shisyl setelah mendengar ocehan Efialtis mengangkat kepalanya, dengan mata yang mengeluarkan darah karena amarah luar biasa ia berusaha berdiri meski tak bisa menggunakan kemampuan sisiknya.
Efialtis berdiri mendahului Shisyl yang kembali terjatuh ke tanah, Ia kemudian berkata dengan santai. "Kau mau tahu sesuatu? Kau itu terlalu sering menggunakan energi UnLogic yang malah membuat daya tahan tubuhmu itu menjadi melemah karena terlalu jarang menerima serangan."
Meski Efialtis menjelaskannya secara hati-hati agar mudah di pahami Shisyl tak mendengarkan dan akhirnya berhasil berdiri, Namun.
"Bodoh!!" Teriaknya dengan nada datar sembari memukul wajah Shisyl yang berdarah membuatnya terpental dan kembali tersungkur ke tanah.
"Hadeh, aku tahu kau pasti akan seperti ini. Tapi pikirkan sedikit, kau masih jauh lebih lemah dari ku dan tak mungkin menang benar? Jadi sebaiknya kau patuh saja padaku dan membunuhku nanti, Toh aku juga abadi."
Efialtis bergerak dengan sangat cepat menuju tubuh Shisyl yang terlentang kemudian duduk di perutnya, Ia kemudian memegangi pergelangan lengan Shisyl dengan tangan kanannya.
Shisyl tak bisa melawan meski sangat ingin melakukannya, tapi semua yang dikatakan Efialtis itu benar dirinya masih lemah. Namun,
Clack*
Shisyl mematahkan persendian bahunya sendiri untuk menggigit Efialtis hingga megeluarkan banyak darah.
Ia kemudian terjatuh tak sadarkan diri setelah tersenyum sinis dan meludahi wajah Efialtis. "Mampus kau anjing."
"Wah, sepertinya ini akan cukup sulit." Gumamnya merasa bersalah pada Shisyl. Efialtis sama sekali tak marah dengan perlakuan Shisyl justru merasa senang karena yakin Shisyl hanya membenci dirinya.
Efialtis kemudian turun dari tubuh Shisyl kemudian membenarkan bahunya yang pindah posisi menjadi terbalik. Ia dengan energi UnLogical kemudian menyembuhkan seluruh luka di tubuh Shisyl sembari mengubah sistem dunia itu untuk membuka kembali energi milik Shisyl.
Dunia itu dibuat Efialtis saat dirinya di kurung di dunia pikiran Zornyx, dan juga dunia Efialtis merupakan dunia dimana semua hal mengerikan, buruk dan busuk terjadi. Dunia itu juga terinspirasi dari dunia pikiran milik Zornyx.
"Tapi dunia ini juga punya kelemahan yang cukup menyebalkan. Yap benar sekali sesuatu dengan mental yang luar biasa kuat, dan juga dunia ini memiliki aliran waktu yang ratusan kali lebih lambat dari waktu di dunia nyata."
Efialtis tanpa sadar menjelaskan konsep dunia itu kepada dirinya sendiri membuatnya tertawa kecil. 'Aku mungkin akhirnya menjadi gila. Hehehe.'
Beberapa menit kemudian Shisyl terbangun membuka kedua kelopak matanya dan menatap langit hitam di atasnya.
'Dingin.' Ia kemudian bangkit lalu memperhatikan sekitarnya dan melihat Efialtis yang tak memakai baju. Tak lama ia menyadari bahwa dirinya juga telanjang bulat tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya dan sesuatu seperti cairan mengalir melalui selangkangannya.
Ia dengan cepat kembali melihat Efialtis yang tersenyum lembut dan berkata. "Tubuhmu terasa nikmat sama seperti Nessie."
Seketika Shisyl berteriak dan menggaruk-garuk kepalanya hingga berdarah. "Ahhhhhhh, tidak, tidak, tidak!!!"
Dengan cepat Efialtis menghentikan hal tersebut lalu berbisik. "Aku masih ingin menggunakan mu jadi diam lah dan menurut padaku."
"Tidak!!! Bunuh saja aku!!!" Teriaknya mencoba melepaskan diri tapi Efialtis dengan cepat membanting Shisyl jatuh ke tanah.
Mereka saling bertatapan selama beberapa saat, sampai akhirnya Efialtis mencium bibir Shisyl dengan sangat kasar membuatnya tak bisa apa-apa selain menggigit lidah Efialtis.
Mereka kemudian melakukan 'itu' dengan sangat brutal. 'Kelihatan nya sangat menyiksa tapi kok seru ya? Bikin mimpi biruk kayak gini.'
Efialtis menciptakan sebuah ilusi dimana ketakutan terburuk akan di alami oleh si korban dan itu terasa nyata. Meski tak tahu ketakutan apa yang di alami Shisyl tapi ia masih bisa menebak-nebaknya dari ekspresi dan reaksi tubuhnya.
"Kayaknya aku melakukan pemerkosaan secara brutal... tapi kok aku bisa ya dia pikir aku memperkosa nya padahal aku saja impoten."
Ungkap Efialtis, ia kemudian merebahkan tubuhnya di samping Shisyl yang terlihat begitu putus asa dan menunggu kematiannya.
Efialtis memutuskan untuk tidur sebentar dan membiarkan Shisyl tersiksa fisik juga mentalnya secara perlahan.
'Masa bodoh juga, aku tinggal ambil ingatan buruknya simpel. Haha, Selamat tidur wahai para bajingan.' Ia kemudian tertidur lelap layaknya tak ada apapun yang terjadi.
Di tempat kemah setelah Efiatis menarik Shisyl pergi. "Apakah kalian tidak khawatir? Efialtis itu sedikit gila."
Nessie merasa khawatir dengan apa yang mungkin terjadi. Namun, Vyzus, Jeanne dan yang lainnya menyuruh Nessie untuk tenang dan makan saja bersama mereka.
"Percaya dengan Efialtis, dia adalah orang jahat namun dengan dasar orang baik." Kata Vyzus sembari menyuapi Vyz dengan daging yang baru diangkatnya dari api.
Setelah mendengarnya dari mulut Vyzus, Nessie mengangguk dan langsung duduk di tempatnya sembari menunggu kehadiran mereka.
'Makin kesini makin aneh anak itu. Tapi yah setidaknya dia kebalikan dari ibunya yang sadistik.' Steky bingung sendiri melihat tingkah laku keluarga di depannya.
Entah kesal atau dendam, Jeanne tersenyum ke arahnya diiringi tatapan tajam yang menusuk jiwa. 'Astaga! Aku lupa, insting luar biasa milik Jeanne.'
Jeanne kemudian bengkit dari tempatnya dan secara perlahan melangkah mendekati Steky sembari bersenandung merdu.
Steky panik menyadari itu merupakan pertanda buruk. Ia kemudian melirik ke arah Itterom meminta bantuan melalui kedipan matanya.
Itterom hanya menggelengkan kepalanya sembari menutup matanya, Setelah mendapat penolakan dari Itterom. Ia segera menoleh ke arah Samantha di sampingnya untuk meminta bantuan.
Namun sama halnya dengan Itterom, Samantha dengan berat hati memalingkan wajahnya dari Steky.
Jeanne kini telah berada di belakang tersenyum manis dan menggenggam bahu Steky dengan sangat keras.
"Umm... Bolehkah aku meminta maaf kali ini saja kakak?" Tanya Steky pasrah dan mengeluarkan air mata. Ada satu aturan di desa masa sekarang, yaitu jika Jeanne sudah ingin melakukan sesuatu ke seseorang maka ucapkan selamat tinggal pada keberaniannya.
Sebelum dapat melakukan apa-apa pada Steky, Efialtis telah muncul dengan kecepatan tinggi di belakang Jeanne sambil menggendong Shisyl layaknya tuan putri.
"Ahh. Ibu kamu sedang apa di situ? Kenapa tidsk makan bersama yang lain?" Ia kemudian menurunkan Shisyl dan mendapat pelukan dariNessie yang langsung melompat ke arah nya.
"Selamat datang sayang!!!" Teriak Nessie menyambut Efialtis dengan hangat tapi saat melihat kondisi Shisyl yang hanya diam saat berada di dekatnya. Membuat Nessie sedikit takut, ia kemudian menanyakannya pada Efialtis.
"Shisyl kenapa?" Nessie dengan perhatian menepuk kepala Shisyl namun tak mendapat respon apa-apa.
Efialtis dengan jujur menjawab. "Aku menggunakan kemampuan baruku padanya lalu setelahnya aku meninggalkannya sendiri untuk tidur sebentar dan... yah sekarang dia jadi seperti ini. Yah walau aku bisa membuatnya kembali normal."
"Lalu kenapa tidak segera kau sembuhkan aaja dia?" Tanya Nessie. "Nanti saja aku sedikit pusing setelah menggunakan kemampuan itu."
"Memangnya kemampuanmu itu seperti apa?" Nessie menjadi penasaran karena Efialtis terus menyinggung kemampuan barunya.
Efialtis kemudian menjelaskan tentang kemampuan manipulasi emosi miliknya pada Nessie dan yang lainnya. Membuat mereka semua sedikit khawatir kalau-kalau akan di jadikan bahan eksperimen pleh Efialtis.
Setelah menjelaskan kemampuan nya, Efialtis kemudian menunjuk ke arah matahari di barat daya sembari terkekeh.
"Tujuan kita sekarang adalah tempat Ignis berada. GreenSun!" Kata nya dengan tegas, membangkitkan perasaan dendam dalam diri semua orang.