Di ujung keputus asaan

Sedikit saja Lyra membuka mulut nya tangan Zaifer langsung merogoh memasuki obat kapsul dan memaksa nya membuka mulut di tambah prilaku kasar wolf membuat Lyra mengerang.

20 menit kemudian obat mulai bekerja hingga membuat Lyra kembali mengerang kesakitan setelahnya, dia sempat ingin bangkit dari ranjang namun langsung di halangi oleh Zaifer yang menahan, Zaifer duduk di samping Lyra lalu menggenggam tangan nya yang membuat Lyra meremas erat tangan Zaifer.

Entah apa yang dipikirkan oleh Zaifer, dia tersenyum menikmati erangan Lyra yang membuat nya semakin menikmati momen di mana Lyra mengeluarkan darah yang sangat banyak.

6 jam berlalu Lyra hampir tak kuasa menahan rasa sakit yang ia alami walaupun proses sudah selesai dan darah menggumpal yang akan menjadi bayi juga sudah keluar, darah nya tetap mengalir.

"Proses nya lancar Tn" ucap Dokter yang sedang membungkus gumpalan darah

"Kerja bagus"

"Anu- nona.... akan mengalami pendarahan selama 2 hari dan anda tidak boleh menjamabak nya hingga jahitan nya sembuh "

"Mm..."

"Selanjutnya saya serahkan kepada anda "

Setelah bebersih Dokter meninggal rumah Zaifer

"Kau puas sekarang" ucap Lyra dengan pelan dan tak berdaya tubuhnya terkulai lemas

"Yup"

Seharian penuh Lyra hanya bisa berbaring lemas sedangkan pendarahan masih saja keluar yang membuat Lyra tidak begitu tenang untuk nya Dokter memberikan nya Pill peringan rasa sakit secara diam diam barulah dia bisa tidur lebih tenang.

Meski dengan tubuh yang tak berdaya Zaifer tak mengizin kan pelayan untuk merawat Lyra dan membiarkan Lyra merawat diri nya sendiri.

Hingga hari ke dua pendarahan, dia benar benar tidak sanggup bergerak Lyra hanya mampu mengangkat tangan nya saja

Untuk bicara pun harus bersusah payah dulu saking lelahnya.

Lyra memohon pada Zaifer supaya mempertemukan dia dengan adiknya yang bungsu dan akhirnya Zaifer mengijinkan nya, pelayan menemani Lyra bertemu adiknya di rumah yang terpisah, di sana Lyra hanya bisa duduk di kasur roda sembari menunggu sang adik datang.

Beberapa saat kemudian seorang anak pria tanggung turun dari mobil lalu berlari menghampiri Lyra lalu memeluk nya.

Dia adalah Dino Alastro Kaspian

"Kakak!"

Meski sedikit terkejut Lyra tetap senang akhirnya Lyra bisa tersenyum lega saat melihat adik nya baik baik saja

"Kakak gak papa, kakak sakit ya pucat banget... kakak juga pucat dan kurusan... Tangan kakak dingin, kenapa kak?" Ucap Dino cemas dengan tidak sadar menyerbu pertanyaan kepada Lyra

"Gak papa....kakak cuma lagi kurang sehat aja ko" jawab Lyra sesederhana mungkin dia memaksakan diri untuk berbicara seperti biasa nya yang di dengan sang adik

"Kakak yakin? Dingin banget tangan kakak" ucap nya lagi saat kembali memegang tangan kakaknya yang memang begitu dingin

"Iyaaa gak papa, eh gimana sekolah Dino? Lancar aja kan..." Tanya Lyra saat mengingat bahwa Dino harus nya sekarang sudah memasuki bangku SMP

"Lancar aja ko kak, om yang ngasih dino rumah juga baik banget " Dino tersenyum

"Dino gak boong kan..." Lyra tak percaya bahwa Zaifer ternyata berbuat baik pada adik nya lalu sesaat kemudian Lyra melihat bekas memar di kaki dan bagian tangan dalam Dino

"Ini kamu kenapa bisa memar memar gini... Dino... Gak baik boong sama kakak loh...gak papa Dino jujur...." Lyra begitu khawatir

"Kak...tenang dulu... Ini tuh bukan bekas pukul di sengaja..."

"Lalu"

"Jadi gini kak, om Ifer nyekolahin Dino di sekolah bergengsi kak, ya... Walaupun Dino gak terbiasa tapi temen temen di sekolah juga pada baik ko, om Ifer juga janji loh kalau Dino udah kelas 10, Dino nanti bakal di belikan motor biar gak di jemput bodyguard nya terus nah ini tuh bekas latihan aku..."

"Latihan?" Walaupun kurang meyakinkan Lyra tetap percaya pada Dino yang terlihat begitu membanggakan Zaifer

"Iya kak, latihan bela diri itu jadwalnya malam kak, kata om Ifer laki laki itu harus memimpin jadi harus banyak bisanya ya salah satunya melindungi diri sendiri"

"Syukurlah "

"Kak, aku juga pernah di ajak om Ifer ke organisasi gitu loh keren banget...."

"Organisasi?"

"Ya kak mereka semua berseragam serba hitam kaya di filem mafia gitu trus om Ifer tuh kaya dewa nya di sana"

"Dino... Itu kan bahaya.."

"Tapi om Ifer ko yang ngajak Dino... Katanya biar belajar juga"

Sekarang Lyra paham dan mengerti kenapa Zaifer merawat Dino

Saat Dino dan Lyra sedang asik berbicara tiba tiba bodyguard yang mengantarkan Dino memintanya untuk segera kembali karna ada jadwal les sore

"Yah...Dino harus les dulu..."

"Les apa Dino kalau kakak boleh tahu"

"Dino di suruh les bahasa kak kata om Ifer sih bakal kepake banget nanti"

"Ya udah kalo begitu Dino les dulu sana nanti telat loh"

"Hehe dadah kakak" dino memeluk Lyra sebelum ia pergi dengan mobil yang membawanya

Sesaat setelah Dino menghilang dari hadapan nya Lyra pingsan di kursi roda nya yang hampir saja terjatuh jikalau pelayan itu tidak menyambut nya.

Matanya perlahan terbuka, kepalanya berdenyut, pandangan nya juga sedikit

mengkabur matanya menatap langit langit yang familia, dia mengerjap, mencoba mengingat kejadian terakhir kali sebelum ia pingsan tetapi kenapa, kenapa dia berada di kamar Zaifer sekarang tetapi Lyra juga tidak begitu ingat apa saja yang ia obrolkan dengan Dino Seolah olah ada bagian dari ingatan nya yang hilang.

Saat dia mulai menatap kesamping dibdapatinya Zaifer yang duduk di tepi ranjang sembari memegang botol pereda rasa sakit yang di berikan dokter secara diam diam

"Padahal sudah di berikan obat" ucap Zaifer lalu melempar botol obat yang ada pada tangan nya hingga menghantam dinding

Lyra hanya bisa menangis saat melihat obat yang sangat ia butuhkan berhamburan ke lantai

"Selalu menangis selalu saja menangis!!"

Gertak Zaifer

Lyra hanya bisa memeluk diri sendiri meringkuk menahan rasa sakit yang telah melukai batin dan rahim nya, dia meremas keras perut nya yang terasa bergericik

Melihat itu Zaifer tidak peduli sama sekali bahkan tidak menunjukan perhatian pada Lyra dan malah pergi begitu saja.

Dengan tubuh yang gemetar Lyra terus berusaha untuk bangkit dari ranjang, obat, dia butuh obat... Kaki nya masih terasa lemas hingga membuatnya terhuyung dan berakhir terjatuh tapi usahanya belum usai, Lyra menyeret diri nya menuju obat itu

"aa- hng..." Lyra menatap obatnya yang berserakan di lantai, dia tidak mau menyentuh obat itu sama sekali tetapi perutnya membutuh kan itu sakin menyengatnya sakit di perut Lyra sehingga membuatnya mengambil obat secara acak lalu menelan nya tanpa minum.