Ini kali pertama Lyra mendengar Zaifer berbicara panjang lebar hanya untuk mendefinisikan seni yang ia suka
"Bisa aku melihat nya?"
"Tidak"
"Apaan"
"Itu tidak di rumah ku, perhatikan lelang nya.
Jika kau tertarik aku bisa membelikan nya
untuk mu"
Setelah mereka selesai berbicara tanpa di sadari berlian yang di bahas sebelum nya sudah terjual kepada seorang pria yang menggunakan topeng membawa sebuah koper besar, dia membawa berlian nya dengan hati hati, Lyra jadi tak tahu berapa harga akhir dari berlian itu walaupun dia tau itu pasti harga yang pantastis.
Tidak ada yang kecewa tidak ada yang protes, semuanya tertib dengan keadaan lelang yang tadinya memanas.
Auctioneer kembali berbicara
"Baiklah para kolektor yang terhormat dan di berkati...ini lah menu utama yang kami hidangkan untuk anda semua!" Seketika seorang gadis malang dengan rantai di tangan dan kaki nya di seret keluar untuk menghadap semua kolektor yang ada
"A-apa! Mereka juga melelang manusia?" Lyra sangat terkejut dengan apa yang ia lihat di depan sana, kegilaan semakin memenuhi ruangan, sorakan tak sabar mendesak Auctioneer untuk memberitahu keistimewaan gadis yang baru di antar tersebut
"Kenapa disini juga melelang manusia?"
"Entahlah" Zaifer terlihat biasa saja karna dia selalu menghadiri lelang itu dengan keajaiban yang terus muncul seperti hal yang mustahil, Zaifer menyukai sesuatu yang tidak di miliki orang lain.
Lyra menjadi ketakutan berada di sekitar orang orang itu
"Kenapa bisa manusia di perdagangkan seperti ini...." Ucap Lyra lirih
"Manusia memang tidak layak untuk di perdagangkan tapi di sini apa pun bisa di dijual itu berati apa pun bisa di miliki jika kau punya uang, itulah prinsip dunia"
Lyra tak mengerti namun hanya diam karna dia tahu bahwa itu semua pasti memiliki arti yang buruk apa lagi jika yang di maksut adalah organisasi terlarang ini.
"Hari ini kami menyediakan seorang gadis yang dapat merubah warna rambutnya Salah satu dari mereka adalah seorang wanita muda bernama Aira. Aira memiliki kemampuan langka untuk mengubah warna rambutnya sesuai keinginannya. Rambut Aira bisa berubah menjadi biru safir, hijau zamrud, cokelat madu, bahkan kuning cerah, tergantung pada suasana hatinya. Kemampuan ini membuatnya menjadi komoditas yang sangat berharga di dunia, sangat di sayang kan jika mereka hanya di diamkan di tempatnya saja bukan? Lebih baik kita manfaat kan untuk perbaikan gen manusia saat ini"
~Semua kembali bersorak~
"Baik para kolektor....kita mulai dari harga 1 miliar rupiah, ayo! Jangan sia sia kan hal langka ini! Mereka hanya ada 1 dari ratusan miliaran orang di dunia....."
Lyra menjadi ngeri saat melihat semua berebut bahkan teriakan di ruang itu 2 kali lipat lebih nyaring dari pada berlian sebelum nya, Lyra menatap Zaifer yang terlihat biasa saja.
Lelang selesai gadis malang itu terjual dengan harga 78 miliar rupiah, Lyra bahkan tak dapat menduga apa saja pekerjaan kolektor di sana hingga mampu berlomba lomba untuk mendapatkan suatu hal yang tidak biasa dimana hal itu menjadi semakin melunjak harga nya.
Lyra dan Zaifer duduk di bangku pojok jauh dari orang lain, pelayan disana memberikan mereka anggur untuk di nikmati sembari bersantai.
Lyra belum pernah minum minum sebelum nya jadi dia penasaran dengan rasa anggur yang terlihat begitu cantik serasi dengan gelasnya, baru saja Lyra mengangkat gelasnya untuk minum Zaifer menahan tangan nya
"Jangan, itu narkoba" ucap nya singkat
Lyra tersentak dan reflek menaruh kembali gelas minum nya yang nyaris saja terjatuh
"Jika kau sedang berada di tempat seperti ini jangan pernah konsumsi apa pun" ucap Zaifer lalu meminum minuman nya
"Tapi kau tidak begitu" protes Lyra
"Kita berbeda" Zaifer meletak kan gelas nya yang kosong lalu kembali di isi kembali oleh pelayan
Seseorang yang tidak asing bagi Lyra menghampiri mereka dan langsung menyapa Zaifer
"Tn Fer... haha sungguh hal yang tidak biasa saya tidak mendengar nomor anda dalam lelang" ya dia yang menjadi Auctioneer pada lelang tadi
"Tidak tertarik" ucap Zaifer singkat lalu
Seketika ekspresi Auctioneer itu berubah, tapi tatapan kecewanya sangat nampak
"Ma-maaf Tn lain kali kami akan menyajikan sesuatu yang lebih menarik dan tak biasa lain nya" ucap Auctioneer tersebut sembari merunduk
"Hm..."
Hening beberapa detik, Auctioneer itu tak sengaja melakukan kontak mata pada Lyra yang menatap nya kebingungan
"Tuan, apakah nona ini pacar anda?" Ucapnya mengalihkan pembicaraan
"Bukan, istri"
"Aa....anda sangat beruntung tuan, nona sangat cantik dan terlihat imut body nya juga sexy ditambah lagi rupanya yang nyaman di pandang" puji Auctioneer itu
Lyra tersipu, belum sempat dia berbicara Zaifer langsung menarik tangan nya lalu beranjak dari sana
"Kami ada urusan"
"I-iya tuan"
Zaifer keluar dari gedung itu lalu para bodyguard membuntuti dari belakang dan samping, dia masih mencengkram tangan Lyra sedari tadi, ketika sampai di depan mobil nya Zaifer melepas kan tangan Lyra yang ia cengkraman hingga membuat bekas kemerahan di pergelangan putihnya, dia membiarkan Lyra membuka pintu mobil sendiri sedangkan dia sudah masuk kedalam mobil yang ia kendarai tadi.
Mobil melaju pelan di jalan raya yang sepi. Udara di dalam mobil terasa dingin, tak hanya karena AC yang menyala, tapi juga karena keheningan yang mencekam. Seolah-olah dinding tak kasat mata membentang di antara sepasang suami istri yang duduk di kursi depan. Mereka berdua terdiam, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Pandangan mereka kosong, tertuju ke depan, namun tak benar-benar melihat apa yang ada di depan mata. Jarak yang memisahkan mereka berdua terasa begitu jauh, tak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional. Lyra tak memiliki inisiatif untuk memulai pembicaraan begitu juga dengan Zaifer.
Mobil mereka memasuki jalan setapak yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Cahaya lampu mobil hanya mampu menerangi beberapa meter di depan, sisanya terbenam dalam kegelapan malam. Dedaunan yang berdesir tertiup angin menambah suasana mencekam. Mobil bodyguard yang mengawal mereka dari belakang tampak seperti cahaya yang mengintai. Zaifer, seorang bos muda mafia, tampak tenang, namun matanya tajam, mengamati setiap sudut jalan dengan penuh kewaspadaan. Di sampingnya, sedangkan Lyra hanya terdiam, jantungnya berdebar kencang, dihantui oleh rasa takut dan ketidakpastian.
Mobil mereka akhirnya berhenti di sebuah tempat yang gelap dan sunyi. Lyra yang terdiam selama perjalanan, mencoba mengenali tempat itu.
"Ini bukan jalan pulang" gumamnya pelan, namun tidak ada jawaban dari Zaifer. Dia melihat sekeliling, hanya ada reruntuhan bangunan tua yang terbengkalai di tengah hutan. Dindingnya retak dan dipenuhi lumut, jendelanya kosong, dan udara di sekitarnya terasa dingin dan lembap.
"Kita... kita di mana?" tanya lyra, suaranya gemetar. Zaifer hanya tersenyum dingin, matanya berkilat aneh dalam cahaya redup dari lampu mobil. "Selamat datang di markas ku" katanya, suaranya terdengar serak dan mengancam. Lyra tercengang, menyadari bahwa dia telah ditipu. Mereka tidak pulang ke rumah mereka, tapi ke sebuah tempat yang gelap dan mengerikan, tempat yang tidak pernah dia bayangkan akan mereka kunjungi.