Gu Zhen Ren

Di jantung gunung berapi, istana peri mekanik yang ditinggalkan oleh para leluhur merindukan pewaris.
Ibu mengorbankan hidupnya untuk mendapatkan meterai harta istana peri, mempercayakannya kepada Ning Zhuo di ranjang kematiannya.
Meterai Iblis Hati Buddha!
Untuk membawakan pencerahan kepada diri sendiri, dan kedemonan kepada orang lain.
Pembawa meterai tersebut, dengan ringan mengukir Meterai Iblis Hati, bisa mengendalikan mekanisme bagaikan bulu. Sementara yang lain menggunakannya, terkuras dalam semangat dan berat dalam pikiran; Ning Zhuo bisa memerintahkannya dengan mudah, ringan dan anggun seolah menari.
Ning Zhuo berkata, "Ibu, anakmu pasti akan memenuhi kepercayaanmu dan mengklaim istana peri itu!"
Sesungguhnya:
Pertemuan dengan rahasia yang penuh semangat, di mana keterampilan berbaur dengan logika tertinggi.
Alam semesta terbuka ke alam baru, di mana keindahan alami menyaingi surga.
Lonceng kuno menyampaikan hukum, menari di bawah cahaya murni bulan.
Dengan bentuk sejati yang mewujudkan berbagai hal, siapa di dunia ini yang bisa bersaing!

Misteri Penguasa Boneka Abadi

Sun Lingtong berkedip-kedip terus-menerus, menyegel Hidung Elang dan Mata Segitiga, dua penyembah setan, dengan jimat.


Lalu, dia melompat ringan untuk tiba di depan Han Ming.


Dia mengambil kepala Han Ming, matanya bersinar dengan cahaya yang intens: "Katakan padaku, bagaimana mereka menemukanmu?"


"Kamu seharusnya dipenjara di penjara besi bawah tanah, bagaimana bisa kamu mengirimkan sinyal darurat?"


Karena Han Ming telah mengusahakan Metode Kultivasi Zombie Abadi, meskipun kepala terpisah dari tubuhnya, dia masih memiliki waktu untuk tetap bertahan hidup.


Ekspresi wajahnya memperlihatkan rasa panik: "Jangan bunuh aku. Aku adalah murid dari Sekte Menghisap Jiwa. Jika kamu membunuhku, kamu akan diberi cap jiwa, dan Sekte Menghisap Jiwa tidak akan membiarkanmu pergi!"


Sun Lingtong mengejek, niat membunuhnya tidak terselubungi: "Kita berdua sudah menjadi musuh bebuyutan. Kau pikir aku takut akan cap jiwa yang sepele itu?"


Han Ming berteriak: "Tidak, jangan bunuh aku."


Bab 125: Penyelamat