Namun, tepat saat Kent memutar tahta ke arah Sekte Angin Gugur, citra bibinya Eila menyala di bola langitnya. Dengan sapuan cepat, dia menerima permintaan komunikasi.
"Kent, kita sudah terlambat. Cepatlah. Ibumu akan menunggumu."
Kent menghela napas berat, kegembiraannya sudah diredam oleh urgensi itu. Dia berhenti di udara, takhta Dewa Badai mengapung stabil di bawahnya. Dia meluangkan waktu untuk melihat ke arah Sekte Angin Gugur, rasa penyesalan merayap di hatinya.
Dia dengan enggan memutar tahta kembali, menuju ke arah Eila.
Saat Kent memutar tahtanya kembali, angin kencang tiba-tiba menerpa langit. Dari kejauhan, seekor burung berwarna-warni dengan bulu yang hidup berterbangan cepat menghampirinya, berhenti tepat sebelum tahtanya.
Atas burung itu berdiri sosok yang familiar membuat senyum Kent langsung menghilang. Itu adalah Lana, gadis yang telah dia langgar demi angsa emas itu.