Nasib Simon

Kent berdiri tegak, cengkeramannya kuat pada rambut Simon, memaksa pemuda yang terisak untuk tetap berlutut di tanah.

Simon berada dalam keadaan yang menyedihkan—air mata mengalir di wajahnya, bibirnya bergetar, dan ingus mengalir dari hidungnya. Sikapnya yang dulu bangga sekarang hilang, digantikan dengan teror yang tidak terfiltrasi dari seorang pria yang menghadapi kematiannya.

"Katakan padaku, bagaimana kamu ingin mati?" tanya Kent, suaranya tenang namun penuh ancaman.

Jawaban Simon hampir tidak terdengar melalui isakannya. "T-tolong... selamatkan nyawaku... Aku akan memohon padamu... jika kamu m-mau..." Kata-katanya larut menjadi gumaman yang tidak jelas saat gelombang air mata baru mengalir turun.