Meninggalkan Gurun yang Sepi

Aula Musik Abadi melayang dengan sunyi di atas hamparan pasir tanpa akhir di gurun yang gersang.

Di kejauhan, kilauan samar pintu keluar gurun hampir tidak terlihat, tetapi perjalanan masih jauh dari selesai. Meskipun dunia luar sangat keras, di dalam ruang aula besar, tawa dan denting piring menggema, membawa kehangatan dan kehidupan ke gurun yang khidmat.

Kent duduk di ujung meja perjamuan besar, teman-temannya mengelilingi, masing-masing menikmati hidangan lezat yang terhidang di depan mereka.

Piring-piring yang berisi roh hewan panggang, mangkuk yang penuh dengan nasi harum, dan piala emas yang berisi anggur seperti nektar menghiasi meja. Aroma yang kaya memenuhi udara saat Gunji Zing dengan hati-hati mengupas buah rohani untuk burung peliharaannya yang kecil yang bertengger di bahunya.

Gunji memecah kesunyian yang nyaman. "Suami," dia mulai lembut, melirik ke seberang meja, "kamu belum banyak bercerita tentang ayahku. Bagaimana… Bagaimana kamu berdua bertemu di gurun?"