Tanpa Hati

Eve

Napas Hades hangat di pelipis saya, namun kata-katanya bagai es. Tajam. Mengupas saya lapis demi lapis.

"Mimpi buruk," gumamnya, bibirnya menyentuh kulit saya seolah hendak meredakan pukulan itu. "Mereka bukan hanya kenangan. Mereka adalah gema, bukan? Masa lalu yang terulang terus menerus di pikiranmu, menjebakmu di sana setiap kali kamu menutup mata."

Sebuah gemetar mengoyak saya, keras dan tak terkendali. Tangan saya mencengkeram menjadi kepalan, kuku menggigit telapak tangan saya. Udara di ruangan itu mengental, menekan saya.

Hades merasakannya. Dia merasakan saya. Dan dia tidak berhenti.

"Saya ingat saat pertama kali kita bertemu, kamu sering terkejut bahkan sebelum kamu sadar siapa saya. Matamu bergerak-gerak ke seluruh ruangan," lanjutnya, suaranya menurun lebih rendah. "Kamu takut."

Saya terengah, tubuh saya terkejut di bawahnya saat kenangan tajam dan membutakan menembus saya.

Dinginnya besi pembatas di pergelangan kaki saya.