Hades
Dunia terbelah, dan langit runtuh saat kata-kata dari mulutnya menghantamku, merobek hatiku dari dadaku.
"Aku akan kembali ke Silverpine," katanya. "Setidaknya untuk sementara waktu."
Aku menggenggam dadaku, berdoa agar jantungku yang berdetak kencanglah yang membuatku salah mendengar. "Merah..."
Dia bahkan tidak menatap mataku. Ekspresinya dingin dan jauh. "Kita butuh ruang."
Sebuah pisau tergelincir di antara tulang rusukku, merobek udara dari paru-paruku. "Cinta, tolong... Aku berusaha untuk mengerti," aku menggeram, kata-katanya membakar seperti abu di tenggorokanku. "Tapi ruang? Dari aku?"
Akhirnya dia mengangkat pandangannya, tapi matanya tak menyimpan kehangatan yang pernah membuatku tenggelam. Mereka jauh, tak dapat dibaca, seperti bulan di malam badai—begitu dekat, namun tak bisa disentuh.