Bebaran Penyesalan

Hades

Semua menghantamku sekaligus.

Bukan kemarahan.

Belum lagi.

Hanya kebisuan.

Keheningan begitu berat menekan tulang rusukku, melingkari tenggorokanku seperti jerat. Aku tak bisa bernapas. Tak bisa bergerak.

Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah merasakan.

Kertas itu.

Suara itu.

Wajahnya.

Inilah alasannya dia melakukannya. Jadi darahmu tidak akan pernah cocok dengan darahnya.

Kata-kata itu menghantam dadaku seperti pisau yang terbuat dari ingatan.

Dan aku ingat.

Ku ingat dia menjerit saat ku menahannya di meja laboratorium.

Pergelangan tangannya berdarah dalam belenggu yang tidak pantas ia terima.

Cara dia memohon agar aku mempercayainya—serak dan liar dan hancur.

Dan aku...

Dewa.

Ku sebut dia pembohong.

Bilang padanya ku akan merobek kebenaran dari mayatnya jika harus.

Aku melakukan ini.

Aku membantu membangun dinding tempat dia terkubur.

Lututku lemas.

Aku terhuyung mundur selangkah, raungan di telingaku seperti tenggelam dalam api.