Pengakuan Fasilitator

Hades

Suara napas Felicia terdengar basah dan tidak teratur—setengah tersedak, setengah terisak—saat dia merangkak di atas lututnya melintasi marmer dingin, tangannya gemetar seakan tidak bisa menahan berat rasa bersalahnya. Tangannya meraih wajahnya—terpuntir, bengkok, mengeluarkan darah. Dia ragu-ragu.

Lalu—

Crack.

Suara itu bergema di sepanjang lorong seperti kutukan ketika dia mendorong rahangnya kembali ke tempatnya. Teriakannya teredam. Seluruh tubuhnya bergetar. Tapi dia berhasil.

Dia memaksakan diri berdiri dan menatap mata Eve, seorang wanita yang gemetar yang dulu pernah berdiri begitu tinggi di atas yang lain.

"T-tolong…" dia berbisik, nyaris tidak bisa dimengerti.

Ekspresi Eve tidak berubah.

Suaranya seperti baja beku.

"Tahan itu. Tak ada yang perlu memohonmu."

Felicia tersentak seolah-olah dia telah ditampar.

Lalu dia melihat ke bawah.

Ke dirinya sendiri.

Ke darah di tangannya.

Ke noda merah di lantai.

Dan sesuatu dalam dirinya… pecah.