Eve
Jantungku tak berhenti berdebar. Anak laki-laki yang pernah kupeluk, anak laki-laki yang tak pernah berkata sepatah kata pun, telah berbicara.
Dan bukan omong kosong.
Dia berbicara seolah-olah dia melihat sesuatu. Merasakan sesuatu.
Sesatu yang penting.
Sesatu yang nyata.
Kael berdiri perlahan, terlihat terguncang. "Ini mengubah segalanya."
Aku tidak menjawab.
Bukan karena aku tidak setuju.
Tapi karena jauh di dalam perutku, sebuah pemikiran baru mulai berakar.
Suatu kemungkinan yang kusimpan karena kepahitan. Karena kesedihan.
Ku telan seperti racun, tapi sudah membakar diriku.
Felicia.
Kami akan menemui dokter untuk kondisi Elliot dan Felicia.
Jika aku ingin memahami apa yang sedang terjadi pada putraku—jika aku ingin memahami apa yang akan datang—
Aku harus berbicara dengannya.
Apakah aku mau atau tidak.
Hari berikutnya masuk seperti memar.