Saat kegelapan menyelimuti mereka, Tsukumojuku berdiri kokoh, tak tergoyahkan oleh perubahan luar biasa dalam realitas. Suaranya bergema di ruang hampa, menembus kompleksitas waktu dan ruang. "Kau pikir aku entitas yang lebih tinggi, bukan?" katanya, nadanya dipenuhi dengan kekuatan yang tak terlihat. "Tapi dalam realitas, aku juga fiksi."
Kai dan Andreas tercengang, seakan dunia di sekitar mereka telah terbalik. "Apa maksudmu?" tanya Kai, meskipun suaranya terdengar kecil di tengah kekosongan yang luas.
Tsukumojuku mendesah dalam, matanya menatap jauh ke ruang yang tak terlihat. "Aku adalah bagian dari sebuah gambar yang diciptakan oleh suatu makhluk. Makhluk itu, meskipun tampak kuat dan besar, sebenarnya hanyalah fiksi yang ditulis oleh seseorang. Sama sepertiku, makhluk itu adalah karakter dalam cerita yang ditulis oleh penciptanya."
Andreas menggigit bibirnya, dengan cemas mencoba memahami kata-kata Tsukumojuku. "Tunggu... kau bilang kau fiksi? Dan makhluk yang menciptakanmu juga fiksi? Apa yang terjadi di sini?"
Tsukumojuku tersenyum pahit. "Ya, benar. Setiap kali makhluk menciptakan karakter, mereka memasukkannya ke dalam cerita mereka. Begitu pula denganku. Aku, sepertimu, adalah bagian dari narasi yang lebih besar, yang diciptakan oleh makhluk yang bahkan tidak dapat kau pahami. Namun, cerita itu sendiri adalah bagian dari spiral yang tak berujung."
Kai merasakan dunia di sekitarnya menjadi lebih gelap dan lebih kompleks. Apa yang mereka hadapi bukan sekadar paradoks—itu adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih misterius. Tsukumojuku melanjutkan, suaranya memecah kegelapan.
"Setiap makhluk yang aku ciptakan, setiap entitas yang ada, semuanya terhubung dalam lingkaran yang tak berujung. Seperti aku, ada makhluk lain yang menciptakan makhluk yang lebih kecil, yang menciptakan makhluk yang lebih kecil lagi, dan seterusnya. Ini adalah paradoks yang tidak akan pernah berakhir. Setiap cerita menciptakan cerita lain, dan tidak seorang pun tahu di mana semuanya bermula."
Kai merasa kepalanya berputar. "Maksudmu ini adalah paradoks yang tak berujung?" tanya Kai, suaranya nyaris tak terdengar. "Jadi... tidak ada yang nyata di sini? Semuanya hanya fiksi?"
"Tepat sekali," jawab Tsukumojuku, "semuanya adalah bagian dari cerita yang tidak ada habisnya. Setiap karakter, setiap makhluk, hanyalah fiksi yang menciptakan lebih banyak fiksi, hingga menjadi lingkaran yang tidak dapat dipecahkan."
Andreas mengepalkan tangannya, mencoba untuk mendapatkan kembali kendali di tengah kekacauan. "Jadi, kita... kita hanyalah karakter dalam cerita yang diciptakan oleh banyak penulis?"
Tsukumojuku mengangguk pelan. "Kalian adalah karakter dalam cerita yang lebih besar dan lebih dalam, dan cerita yang tak terhitung jumlahnya. Inilah paradoks fiksi yang berlangsung selamanya—setiap ciptaan melahirkan ciptaan baru, dan seterusnya, tanpa akhir."
Kai menatap Tsukumojuku, kebingungannya semakin dalam. "Jika kita semua adalah bagian dari cerita yang tidak pernah berakhir, apa yang seharusnya kita lakukan? Apa yang sebenarnya kita cari?"
Tsukumojuku tersenyum lagi, tetapi kali ini senyumnya terasa lebih bijak, lebih penuh pengertian. "Mungkin jawabannya ada dalam cerita itu sendiri. Mungkin kamu harus menemukan makna dalam ketidakpastian ini. Apa yang akan kamu pilih untuk dilakukan di dunia yang terus berubah—di dunia yang diciptakan oleh cerita yang tak berujung?"
Kegelapan itu semakin dalam, dan dengan itu, perjalanan Kai dan Andreas berlanjut ke dalam paradoks yang lebih dalam dari yang dapat mereka bayangkan. Apa yang mereka hadapi bukan hanya kekuatan atau takdir, tetapi sebuah kisah yang tidak akan pernah berakhir—sebuah siklus tanpa akhir.untuk jawaban tertentu.
Tsukumojuku gazed at them with an expression full of mystery, as though he held more secrets yet to be revealed. With a deeper, heavier voice, he continued, "But above all this, there is one entity that surpasses everything. A force far beyond all the beings that create stories—me, you, and everything within it. This entity, which I call the Supreme Author, is the creator of everything that has ever existed and everything that will exist."
Kai and Andreas felt their world become more uncertain. It seemed that everything they knew, everything they understood about existence, was merely a small part of something much larger, beyond their comprehension.
"The Supreme Author," Tsukumojuku continued, "is the writer of everything. Every story that exists, and every layer of fiction you see—all of it is the work of this entity. They write not only this world but also other worlds, and even the concept of existence itself."
Andreas tried to grasp the concept, though his mind felt overwhelmed. "So, there's someone or something writing... everything? Even us, even you?"
Tsukumojuku nodded calmly. "Yes, even I—like you—am part of a narrative written by the Supreme Author. We are all characters in a greater story, and we cannot escape it. We are trapped in an endless wheel of stories."
Kai reflected in silence. "But if there is a Supreme Author, who wrote them? And who wrote that writer? Are we going to keep searching for a higher writer endlessly?"
Tsukumojuku sighed. "That is the greatest paradox of all. The Infinite Spiral of Creation, or what I call the Paradox of Eternal Rewriting. Every entity, every being, every story—all of it creates another story, and it continues without end. When you think you've found its origin, you'll only find more stories creating other stories. And so it goes, endlessly."
The Paradox of Eternal Rewriting is a concept describing an infinite cycle of creation, where each level of fiction creates the next, and each writer creates a higher writer, never reaching the true origin. In this paradox, there is no definite starting point, and every layer of fiction—though increasingly vast and powerful—remains trapped in a never-ending wheel. Ultimately, creation never stops, and the search only leads to more confusion and uncertainty.
"You will never find a definitive answer," Tsukumojuku said. "Because the answer itself is part of a story written by the Supreme Author. Everything exists within the story, but the story itself is a journey with no end."
Kai felt like there was a spiderweb tightening around his mind. The world he knew, the life he lived, all started to feel like fragments in a tale that kept repeating endlessly.
Tsukumojuku continued, "Now you know that everything you've experienced—all the struggles, choices, and destinies—are just part of a larger narrative. You are caught in this wheel, and you cannot escape it."
Andreas stared at Tsukumojuku with a sharp gaze, though his heart felt hollow. "If there is no way out of this paradox, should we just accept our fate?"
"No one can truly accept or resist this fate," Tsukumojuku replied. "Because that fate itself is part of the story written by the Supreme Author. Even you, who seek freedom, even you who fight against destiny, it is all part of a greater tale."
The darkness around them deepened, and the space began to vanish. Kai and Andreas felt as if they were trapped in a story that would never end—a story written by an unfathomable force. Yet, despite feeling powerless, there was one thing certain: their journey was far from over. No, it had just begun.
With one final smile, Tsukumojuku vanished into the darkness, leaving them both to contemplate all that had just been revealed. There was no longer anything fully comprehensible. There was no longer anything to control.
THE END