Kazuto vs Serei Samurai

Malam itu, kabut tipis menyelimuti halaman belakang SMK Ryoku. Suasana terasa mencekam, seperti ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan. Kazuto berdiri tegak di tengah halaman, matanya waspada, merasakan keanehan dalam udara di sekitarnya. Tiba-tiba, angin berhembus kencang, dan bayangan gelap mulai muncul dari kegelapan malam. Kazuto merasakan perubahan yang aneh, angin malam yang tiba-tiba menjadi dingin, udara yang semakin berat, seolah dunia di sekitarnya sedang mempersiapkan sesuatu yang buruk.

Di bawah cahaya samar bulan yang tertutup kabut, Kazuto bisa melihat bayangan tinggi dan ramping bergerak cepat, bergerak ke arahnya dengan kecepatan yang tidak biasa. Sebelum dia sempat bereaksi, sosok itu muncul sepenuhnya dari balik kabut. Wujudnya menyeramkan. Itu adalah serei. Tubuhnya seperti manusia, tetapi terbungkus aura gelap yang menakutkan. Mata merah bercahaya memancar tajam, penuh kebencian, seolah ingin membakar apa saja yang ada di sekitarnya. Kazuto merasakan aura gelap yang mengelilingi makhluk itu. Dia sudah menghadapi berbagai kutukan dan serei sebelumnya, tetapi kali ini berbeda.

Serei itu membawa dua pedang katana ramping, dengan gerakan yang terlihat sangat terlatih. Dalam pertempuran ini, Kazuto bisa merasakan bahwa musuhnya bukanlah sekadar kutukan biasa. Serei ini adalah seorang samurai yang telah mati lama, dan kini kekuatan gelapnya menjadikannya lebih berbahaya daripada yang bisa dibayangkan. Kazuto merasa bahwa dia sedang berhadapan dengan sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan kutukan biasa. Ini adalah pertemuan dengan kekuatan yang berasal dari masa lalu yang tidak akan mudah dihadapi.

Kazuto merasakan ancaman besar. Serei itu adalah musuh yang tidak boleh diremehkan. Namun, ia tidak akan mundur. Kekuatan Ryoku dalam tubuhnya mulai mengalir, menghangatkan setiap bagian dari dalam tubuhnya, mempersiapkan diri untuk pertarungan. Sambil menghela nafas, dia memusatkan perhatian, menenangkan dirinya sebelum ledakan energi dimulai. Selama ini, Kazuto telah dilatih untuk mengendalikan Ryoku, kekuatan Ryoku yang sangat kuat yang mengalir dalam tubuhnya, memberi kekuatan lebih besar daripada kebanyakan penyihir biasa.

Serei itu menggeram, suaranya menggetarkan tanah, dan tiba-tiba menyerang dengan kecepatan luar biasa. Pedang pertama meluncur cepat ke arah Kazuto, dengan kilatan memotong udara. Kazuto bergerak dengan cekatan, menghindar dengan langkah lincah. Namun, pedang Serei itu hampir mengenai tubuhnya, membuat jaket bagian lengannya robek sedikit.

Kazuto menyadari kecepatan serangan itu jauh lebih tinggi daripada apa yang pernah ia hadapi sebelumnya. Dalam sekejap, Serei itu kembali menyerang dengan pedang kedua, dan kali ini ia tidak bisa menghindar sepenuhnya. Pedang itu melesat ke arah bahu kanan Kazuto dengan kecepatan yang luar biasa. Kazuto merasakan angin panas yang dihasilkan oleh pedang itu melesat begitu dekat di sisi tubuhnya.

Namun, di saat yang tepat, Kazuto mengumpulkan Ryoku di tubuhnya. Kurosei, teknik yang telah ia kuasai, membentuk energi gelap di sekitarnya. Dengan satu gerakan cepat, ia memantulkan serangan pedang Serei itu, menggunakan kekuatan Ryoku untuk mengarahkan pedang itu jauh darinya. Ledakan energi Ryoku mengalir melalui tubuh Kazuto, membuatnya terdorong mundur, namun ia tetap berdiri tegak, siap menghadapi serangan berikutnya.

Serei itu mengaum marah, tidak puas dengan serangan yang gagal. Dengan kecepatan yang meningkat, ia meluncurkan serangan beruntun, mengayunkan kedua pedang dengan kekuatan dahsyat. Kazuto harus bergerak cepat, setiap gerakan diukir dengan kecepatan dan ketepatan yang hampir sempurna. Tubuhnya meluncur ke kiri dan kanan, menghindari serangan yang datang dari segala arah, namun kadang-kadang pedang Serei itu menyentuh tubuhnya, meninggalkan luka-luka kecil yang berdarah.

Kurosei: Metsu no Rensa! Kazuto berteriak. Dengan sekejap, dia mengerahkan seluruh tenaga Ryoku dalam dirinya, memusatkan energi itu ke titik puncak dalam tubuhnya. Dalam sekejap, tubuhnya berkilau dengan cahaya hitam yang menakjubkan, dan ledakan kekuatan Ryoku meledak ke sekeliling, menghancurkan udara sekitar dengan kekuatan yang menghancurkan. Kazuto melesat dengan kecepatan luar biasa, menghantam Serei itu dengan pukulan penuh energi yang tak terhentikan.

Namun, Serei itu ternyata tidak begitu mudah jatuh. Menggunakan teknik tertentu, tubuhnya melentur, menghindari sebagian besar kekuatan serangan Kazuto, meskipun tetap terdorong mundur. Serei itu menyeringai, merasakan perlawanan yang lebih besar dari Kazuto. Ia mengayunkan pedang-pedangnya dengan lebih ganas, mencoba untuk membalas serangan-serangan Kazuto yang semakin intens.

Kazuto terhuyung mundur, tubuhnya semakin lelah, dan darah mulai menetes dari luka-luka di tubuhnya. Namun, ia tidak bisa mundur. Setiap serangan Serei itu semakin cepat dan ganas, hampir membuatnya kehilangan kendali. Di saat itulah Kazuto merasa kelelahan, seakan-akan energi dalam tubuhnya mulai terkuras. Namun, di balik kelelahan itu, ada secercah kesadaran baru yang datang.

Kekuatan sejati... tidak hanya soal serangan besar. Pikir Kazuto. Ia mulai merasakan ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar teknik dan kecepatan. Kekuatan sejati adalah tentang bagaimana mengendalikan kekuatan itu, memahami kapan harus melepaskan dan kapan harus menarik diri. Ia mengambil napas dalam-dalam, menenangkan dirinya, dan memusatkan seluruh energi Ryoku-nya dalam satu titik yang terfokus.

Tiba-tiba, Kazuto melepaskan serangan besar Kurosei: Kurozai Ryu. Ia menekan seluruh Ryoku yang ada di dalam tubuhnya, mengeluarkan ledakan energi yang tak terbayangkan sebelumnya. Dalam sekejap kekuatan Kurosei itu melesat menuju Serei itu dengan kecepatan luar biasa.

Serei itu berusaha menghindar, tetapi kali ini Kazuto telah lebih siap. Kurosei itu mengikat tubuh Serei dengan kekuatan tak terhentikan, menjeratnya dengan ikatan energi yang semakin menguat. Serei itu mencoba berjuang, mengayunkan pedangnya dengan sisa kekuatannya, namun tidak bisa mengalahkan kekuatan Ryoku yang begitu terfokus dan mengikat.

Dengan satu serangan final, Kazuto mengarahkan energi Ryoku ke titik vital Serei itu. Ledakan besar terjadi. Serei itu terlempar, tubuhnya terbakar oleh energi gelap yang membara. Ketika asapnya hilang, tubuh makhluk itu hancur menjadi serpihan kecil yang menghilang ke dalam udara, menghilang tanpa jejak.

Kazuto terjatuh di tanah, napasnya berat, tubuhnya sangat lelah, dan darah mengalir dari beberapa luka di tubuhnya. Namun, di balik rasa sakit itu, ada rasa kepuasan yang dalam. la telah mengalahkan musuh yang sangat kuat, dan lebih penting lagi, ia telah mengendalikan kekuatan dalam dirinya sendiri.

Dengan susah payah, Kazuto berdiri, merasakan angin malam yang dingin menerpa tubuhnya yang penuh luka. Saya telah melangkah lebih dekat dengan kekuatan sejati... tapi ini baru permulaan. pikirnya, menatap langit yang gelap, siap untuk perjalanan yang lebih berat di depan.

Informasi telah terungkap:

"Shiba Kuroichi seorang samurai hebat pada masa lampau. Saat dia meninggal, tanpa disadari melepaskan energi negatifnya yang menjadi serei, serei inilah yang menyerang Kazuto"