Tangan kecil yang mungil itu sudah tergeletak lemas di pojok ruangan. Sementara kakek itu masih marah dengan menggila. "Sudah kubilang kau pembawa sial... pembawa sial! Apa kubunuh saja kau?!" raungnya sambil mondar-mandir di tengah ruangan yang remang.
Vaira, gadis kecil berusia lima belas tahun, hanya bisa diam. Tubuhnya lemah dan penuh luka. Sudah sejak tadi kakeknya, Marhatsel, menghujani tubuhnya dengan pukulan, tendangan, dan bahkan injakan. Setiap kali melihat wajah Vaira, amarah Marhatsel seperti tersulut kembali. Ia muak, begitu muak pada cucunya sendiri. Anak yang telah dibesarkannya selama lima belas tahun itu telah membuatnya membenci dunia.