Cerita masa Lalu

"Hallo, gadisku.." sapa Steven.

Trisya yang sedang memilih baju di sebuah toko busana menoleh.

"Om?"

"Kau cantik sekali hari ini."

"Om mau apa?"

"Baju yang kau pilih juga sangat bagus. Pasti kau akan semakin cantik saat memakainya."

Trisya tak menjawab.

"Ayo.. Kita minum sebentar."

"Tidak mau!"

"Nanti aku belikan baju dan sepatu termahal di butik paling ternama di kota ini," Steven menarik tangan Trisya.

"Tidak mau!"

"Jangan membuatku marah Nona, apa harus kuseret?"

"Lepaskan tanganku! Sakit! Mama..! Mama..!" jerit Trisya.

"Tidak usah berteriak!"

"Pak, jangan membuat keributan!" ucap Sekuriti.

"Siapa yang membuat keributan? Aku hanya ingin menjemput pulang istriku!"

"Aku bukan istrimu!"

"Ayo cepat!"

Tiba-tiba kepala Steven dipukul dengan kayu.

"Aww ..." Steven memegang kepalanya.

"Mama ..!" Trisya langsung berlari memeluk Ariana.

"Berani kau menyentuh anakku apa lagi sampai menyeretnya. Kau berurusan denganku!"

"Aku tidak takut padamu, Nyonya! Kalau perlu kalian berdua ikut aku!" Steven tertawa mengejek.

"Pak, tolong jangan buat keributan, atau kami harus panggil polisi," Sekuriti kembali mengingatkan.

"Aku hanya ingin menjemput anak anjingku yang lepas dari rantainya!"

"Kau bilang anakku apa? Biar kubunuh saja kau sekalian!"

"Pelacur itu kabur dariku setelah melarikan uang hasil penjualan apartemen juga perhiasan yang aku berikan! Dia juga mengantongi uang yang banyak dalam rekeningnya!"

"Kau bohong! Kau menahan semuanya ketika tahu aku kabur! Kau memblokir semua rekeningku agar aku tak punya apa-apa saat kabur! Aku bahkan hanya keluar dari rumah itu dengan sehelai pakaian bahkan tanpa alas kaki!"

"Berapa uang yang kau sebut dilarikan anakku? Akan kuselesaikan! Tapi kau pergi darinya!" tukas Ariana.

"Sanggupkah kau mengembalikan uang senilai 300 milyar?"

"Apa?"

"Itu semua bisa aku ikhlaskan jika perempuan itu mau kembali menjadi anjing peliharaanku."

"Dia bohong ma. Aku tidak pernah punya uang sebanyak itu darinya!"

"Ikut denganku!" Steven menarik tangan Trisya.

"Lepaskan tanganku! Sakit!!"

"Lepaskan anakku!"

Steven mendorong Ariana hingga terjatuh.

"Mama! Kau bajingan!" Trisya meludahi wajah Steven.

"Babi betina!" Steven menampar Trisya.

"Trisya!" Ariana cepat menahan agar Trisya tidak jatuh.

"Bapak sudah keterlaluan! Tenang bu. Kami sudah telpon polisi."

"Salahku dimana? Pelacur itu melarikan uangku 300 Milyar! Masih bagus aku tak meminta polisi menangkapnya. Ok. Lain kali aku pasti kembali!" Steven bergegas meninggalkan tempat itu.

Sekuriti itu membantu Trisya berdiri.

"Mbak tidak apa-apa?"

"Perutku sakit, Ma.. Tanganku juga. Dia mengcengkram dengan kuat sekali."

"Mama antar ke klinik ya?"

"iya."

"Terimakasih, pak.."

"Hati-hati, bu.."

Beberapa saat kemudian, di rumah Richard dan Ariana ...

"Yang.." panggil Ardi.

"Trisya di kamar, Di.. Istirahat," ucap Ariana.

"Tidur, Ma?" Ardi mengikuti Ariana menuju kamar.

"Tidak.."

Ariana membuka pintu.

"Yang.." panggil Ardi sambil melangkah masuk.

"Abang.." Trisya merentangkan tangannya.

Ardi memeluk Trisya.

"Bagaimana?"

"Tanganku sakit. Dia juga menamparku karena sudah meludahinya. Itu aku lakukan karena Dia mendorong mama sampai jatuh."

"Ma.." Richard masuk.

"Pa.." sapa Ardi.

"Laporannya sudah diurus Bayu," ucap Richard. "Tadi waktu kamu sedang penangkapan bersama Leon, mama ke kantor membuat laporan. Sudah papa urus."

"Terimakasih, Pa.."

Richard memandang Trisya.

"Kamu benar tidak mengambil serupiah pun uangnya?"

"Sumpah, pa! Aku keluar dari rumah itu hanya memakai pakaian yang melekat di badan. Bahkan aku tak memakai alas kaki. Dalam pikiranku, yang penting lari saja dulu yang jauh. Aku berhenti di sebuah mesin ATM, mencoba menarik uang tapi ternyata tak bisa lagi. Om Steven sudah memblokir semua yang ada dalam rekeningku. Aku tak bisa melakukan apapun.seminggu di jalanan, tidur di pinggir toko. Makan makanan sisa yang ku dapat dari beberapa tempat makan."

"Ya Tuhan, nak.. Bagaimana kamu bisa sesedih itu?" Ariana menangis memeluk Trisya. "Maafkan mama.."

"Aku baru bisa bangkit setelah ditolong om Mike. Dia mengajakku makan di cafenya. Dan sejak itu aku bekerja di cafe itu."

Richard menghela nafas memandangi ibu dan anak yang berpelukan sambil menangis itu.

"Trisya istirahatlah. Kita keluar, ma ..."

Ariana melepaskan pelukannya, menghapus airmatanya.

"Istirahat ya nak.. Kalau ada apa yang kamu butuhkan, panggil mama."

"Iya.."

Ariana dan Richard segera keluar.

Ardi duduk di samping Trisya. Ia menarik Trisya ke pelukannya.

"Aku takut, bang."

"Tidak apa-apa. Besok abang yang akan menangkapnya," janji Ardi. "Sekarang kamu istirahat ya?"

"Abang disini saja ya?" Trisya memeluk Ardi lebih erat.

"Iya.."

***