"Kamu seharusnya tidak membaca itu," sebuah suara yang familiar berkata, membuat Violet tersadar dari lamunannya.
Dia menoleh tajam, terkejut melihat teman sekamarnya, Daisy Fairchild, berdiri di samping tempat tidurnya, rambut coklatnya masih sedikit berantakan dari tidur. Namun mata tajam Daisy terkunci pada layar Violet, ekspresinya benar-benar datar saat dia menatap artikel itu.
"Kenapa?" Violet bertanya, nadanya defensif. Dia mendekap perangkatnya lebih dekat seolah melindunginya. "Kenapa tidak boleh aku baca? Kamu pikir aku terpengaruh oleh itu?"
"Apakah kamu tidak?" Daisy menantang, satu alisnya terangkat sempurna dalam skeptisisme. Kepalanya sedikit miring ke samping, memberinya aura ingin tahu, menghitung yang membuat Violet tidak nyaman.
Ada sesuatu tentang Daisy—cara dia berbicara, cara dia menatap seseorang seolah dia bisa melihat langsung ke dalam jiwa mereka—yang selalu membuatnya merasa cemas. Gadis itu terlalu pintar untuk kebaikannya sendiri.