Tenggorokan Violet terasa sesak saat dia melihat Alaric melepaskan diri dari timnya, mendekatinya dengan langkah tegap. Senyumnya yang polos dan tidak berjaga, penuh dengan kepercayaan dan kegembiraan, membuat perutnya berputar menyakitkan.
Rasa malu mencakarnya, mengancam untuk menenggelamkannya sepenuhnya. Dia tidak tahu—dia tidak mungkin tahu. Dada Violet terasa berat dengan rasa bersalah, dan untuk sesaat singkat, dia pikir dia akan muntah.
"Hey," sapa Alaric, suaranya hangat dan kekanak-kanakan, membawa jenis kegembiraan tak terfilter yang hanya membuat dia merasa lebih buruk. Senyumnya adalah jenis hal yang orang-orang berperang untuk melindunginya, dan dia akan segera menghancurkannya.
"Hey," jawab Violet, suaranya gemetar saat dia berusaha menenangkan diri. Dia menyembunyikan tangannya yang gemetar ke belakang, berharap dia tidak akan menyadarinya.
Alaric mendekat, mengusap wajahnya dengan kelembutan yang hampir memecahkan hatinya.