Glimmy

Dua abad setelah Perang Besar, perdamaian antara manusia dan manusia serigala akhirnya tercapai, atau setidaknya itulah yang dipercayai semua orang. Manusia serigala berkuasa seperti dewa, dan manusia tetap tidak menyadari tempat sebenarnya mereka dalam tatanan dunia baru.

Untuk menjaga keseimbangan rapuh ini, setiap tahun, sejumlah kecil manusia "beruntung" dipilih dari berbagai distrik untuk menghadiri Lunaris Academy, sebuah institusi bergengsi yang menjanjikan kejayaan, status, dan kesempatan untuk bergaul dengan para elit. Mereka yang terpilih dipuji sebagai segelintir yang beruntung, yang diproyeksikan untuk menikahi alfa yang kuat dan naik menjadi luna.

Tahun ini, Violet Purple termasuk di antara yang terpilih, yang mengejutkan semua orang. Bagi seorang gadis yatim piatu yang diadopsi oleh seorang pelacur yang tercela, ini adalah tiket emas menuju kehidupan yang lebih baik atau setidaknya demikian yang diberitahukan padanya. Tapi Lunaris Academy bukanlah surga yang digambarkan.

Segala yang diajarkan kepada Violet dan rekan-rekan manusianya adalah kebohongan. Manusia jauh dari setara; mereka hanyalah pion dalam permainan yang jauh lebih besar. Akademi ini hanyalah sangkar emas, dan para siswa adalah domba yang menuju pembantaian, mainan bagi para alfa untuk bermain dalam permainan kejam mereka.

Lebih buruk lagi, Violet menarik perhatian para pemain paling berbahaya dalam permainan ini, Empat Teror: Alfa Utara, Alfa Selatan, Alfa Timur, dan Alfa Barat. Masing-masing lebih berbahaya, lebih kejam, dan lebih kuat daripada yang terakhir. Namun di antara mereka sendiri, para alfa terpecah, masing-masing dengan ambisi mematikan mereka sendiri.

Namun, mereka semua memerhatikannya.

Mereka mengharapkan Violet untuk mengikuti, untuk tunduk seperti yang lain yang menyembah di kaki mereka, untuk hancur di bawah permainan mereka. Tapi Violet tidak seperti yang lain. Dia menolak untuk tunduk. Dia akan menentang mereka semua.

Menantang Para Alfa

Keheningan melanda ruangan untuk apa yang terasa seperti selamanya, sampai Elsie berbisik, "Itu tidak mungkin."


Tetapi Asher, mengangkat alis dengan berani, menjawab, "Kamu maksudnya untuk mengatakan selamat sudah pada tempatnya?"


Elsie membuka mulutnya untuk berbicara, tapi tidak ada yang keluar. Dia melirik ke Alpha Henry, diam-diam memohon padanya untuk turun tangan, tetapi alisnya mengerut dalam, dan dia tidak berkata apa-apa.


Putus asa, dia berbalik ke ibunya, berharap dia akan membela diri di saat kritis ini, tetapi Caroline juga diam, ekspresinya tegang dan penuh pemikiran.


Akhirnya, Elsie memandang Asher. Ekspresi mengejek yang mengganggu itu terpampang di seluruh wajahnya, tampilan yang sama congkaknya mengatakan dengan jelas bahwa dia baru saja menang.


"Ini semua bohong! Dia berbohong!" Dia menunjuk ke Asher, lalu ke Alpha Ezra. "Dan dia juga berbohong. Aku yakin mereka berdua merencanakan ini bersama!"


Tidak Di Bawah Kendalinya