```
"Ugh, kamu pervert."
Chen Baobao sepertinya merasakan tatapan menggelora dari mataku, instingnya ia menutupi dadanya dan menatap aku penuh kemarahan.
"Pervert, masih aja lihat? Percaya atau tidak, aku cabut matamu lho?"
"Jadi kamu memang pengen lihat ya? Baiklah, aku tunjukkan padamu, biar kamu puas melihatnya."
Setelah berkata demikian, dia benar-benar mengangkat bajunya, memamerkan kulit putih, montok tepat di depan wajahku.
Saat aku hendak melihat lebih dekat, dia menurunkannya lagi, terkekeh, tampaknya ia menikmati cara mengejekku seperti ini.
"Bagus nggak?"
"Hehe, aku nggak mau nunjukin kamu, semakin kamu ingin melihat, semakin aku nggak akan biarkan."
Chen Baobao mengangkat satu alis dan terkekeh kepadaku.
"Sebejat apa sih kamu bisa? Gimana bisa tetap lihat setelah itu? Kamu mau pegang juga? Humph, aku nggak akan biarkan kamu mendapatkan apa yang kamu mau."
Melihat belahan dadanya yang gemetar, sejujurnya, aku memang mau menyentuh dan melihat.