Empat Bintang yang Sedang Berkembang

Setelah mengambil napas dalam-dalam, ekspresi Tetua Kedua menjadi tenang.

Dia mengangkat mukanya ke depan, memandang ke cakrawala. Bibirnya membentuk senyum samar, suaranya tidak lagi serak ketika berubah menjadi suara yang jernih dan merdu. Suaranya tidak sesuai dengan penampilannya yang seperti hantu!

"Wu-er, apakah kamu ingat bagaimana rasanya saat pertama kali kamu melihatku?"

Mo Wu terdiam, merasa bersalah saat dia tersandung-sandung menjawab. "Saya... saya menghormati anda."

"Bukan ekspresi hormat di wajahmu, tetapi rasa takut dan repulsi. Wajahku lebih jelek dari wajah hantu..." Tetua Kedua tertawa. Suaranya lembut seakan datang dari peri.

Mo Wu merona, berlutut dalam kebingungan. "Guru, maafkan saya karena masih muda dan tidak tahu apa-apa, saya hanya menilai dari tampilan luarnya saja." Rasa bersalah terlihat di wajahnya.