"Apa yang terjadi? Siapa yang baru saja menendang pintuku? Mereka ingin mati?"
Hu Dahai merasa tidak senang karena kesenangannya terganggu.
Dia terus mengutuk sambil menoleh ke pintu.
Dia berharap ia tidak menoleh. Seketika itu juga dia gemetar ketakutan dan tubuh gemuknya hampir tergelincir dari kursi. Wajahnya memucat seputih kertas.
"Kamu... kamu... kenapa itu kamu..." Dia bergumam, seolah-olah dia melihat hantu.
Setelah dipukuli oleh anak itu dua kali, anak itu telah meninggalkan trauma psikologis padanya.
Dia hampir menangis kesakitan.
Dia hanya berpikir tentang balas dendam tetapi tidak akan melakukan itu. Dia berpikir bahwa sekedar memikirkan tentang anak itu sudah cukup untuk mengirimkannya kesini, yang cukup misterius.
Namun, dia meluruskan punggungnya dan mendapatkan kembali keberaniannya.
Dia hampir lupa bahwa dia punya sekutu yang kuat, jadi apa yang harus dia takutkan?