Serombongan mobil hitam melaju di jalan raya.
Mereka menuju ke Bandara Internasional Kota Provinsi.
Thea duduk di dalam sebuah limusin Lincoln di depan iring-iringan itu. Di depannya ada seorang pria tinggi di usia pertengahan dua puluhan. Dia memiliki rambut pirang dan mata biru, dan wajahnya cukup tampan.
Dia mengenakan setelan jas hitam, dan dia duduk dengan santai sambil menyilangkan kakinya. Tangan kanannya memegang segelas anggur, dan tangan kirinya mengelus sebuah permata yang dia kenakan di dadanya.
Itu tidak lain adalah Hati Penyihir.
Dia menyipitkan mata saat memandang sosok anggunnya dari kepala hingga kaki.
Dia menelan ludah dengan keras. Mulutnya kering, dan ekspresi mesum muncul di wajahnya.
'Sial! Dia begitu menggoda!'
Dia mengutuk dalam hati.
Dia berfantasi tentang bagaimana dia bisa mempermainkannya dan melakukan apa saja yang dia inginkan dengan tubuhnya. Itu membuatnya bersemangat.