Sudut Pandang Bud
Di penjara bawah tanah yang remang-remang di bawah istana, aku memegang sebuah lentera dan membuka pintu berat sel. Di dalam, aku melihat beberapa prajurit dengan tubuh penuh luka parut, dilemparkan ke tumpukan jerami busuk.
Pakaian salah satu dari mereka bernoda darah coklat kering. Rambutnya penuh dengan debu. Aku tidak bisa lagi mengenali penampilan lamanya.
"Bagaimana keadaannya?" tanyaku.
"Jenderal, dia sudah pingsan karena rasa sakit. Dokter memberikan perawatan dasar dan memperkirakan dia akan sadar kembali besok," jawab seorang prajurit dengan hormat.
"Aku mengerti. Kalian boleh pergi sekarang."
"Baik, Jenderal."
Saat nyala lilin berkelip, para prajurit meninggalkan sel dengan teratur. Ruangan yang sempit jadi terasa sedikit lebih luas. Aku menatap dingin ke wajah yang tergeletak di atas jerami. Dengan pedangku, aku menyibakkan rambutnya. Aku mengenali wajah tampan yang samar-samar familiar.
Lancaster.