Sudut Pandang Nuri
Saat aku pulang, Sibyl masih tertidur.
Dia terbaring di tempat tidur tempat kami bercinta semalam. Rambut cokelat panjangnya terurai seperti alga di bantal, pipinya merah muda dan halus, dan kelopak matanya terlihat bengkak karena menangis semalam.
Matanya yang bengkak tidak seindah biasanya.
Matahari yang hangat bersinar melalui jendela, menyinari wajah manisnya dengan cahaya emas lembut.
Aku duduk di kursi di seberang tempat tidur dengan sebuah buku di tanganku. Namun, Tuhan tahu aku tidak bisa membaca sepatah kata pun. Mataku tertuju pada Sibyl saat dia tidur.
Setelah beberapa saat, dia terbangun.
Dia menguap, lalu membungkus dirinya dengan selimut dan berbaring malas di tempat tidur. Meskipun kelopak matanya bengkak karena menangis, matanya tetap jernih seperti air. Dia tampak malas dan ngantuk saat pertama kali bangun, menatapku dengan bingung.
Rasanya aku tidak bisa bicara tiba-tiba.
Apa yang harus kukatakan padanya?