Sudut Pandang Manolo
Setelah Nuri pergi, aku tak sabar ingin sampai ke pintu kamar Dalena.
Tepat sebelum aku mengetuk, pintunya terbuka.
Dalena berdiri di dalam ruangan dengan wajah serius. "Aku tahu kau akan datang mencariku. Masuklah."
Aku melihat sekeliling untuk memastikan tak ada yang melihatku, lalu aku masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu.
"Kenapa kau berbohong?" tanyaku padanya. Nada suaraku cemas, bahkan agak kasar.
"Kami banyak berbohong malam ini. Aku tidak tahu kebohongan mana yang kau maksud." Dalena tetap tenang.
Aku melangkah maju, "Saudaramu, Raven, sama sekali tidak meminum ramuannya. Sibyl bukan manusia. Dia memiliki darah penyihir. Beberapa bulan lalu, aku melihat dia menggunakan darahnya untuk membangkitkan bunga abadi. Bunga abadi adalah bunga suci, dan jika Sibyl manusia, dia tidak akan pernah bisa melakukannya."
Aku agak emosional.