Sudut Pandang Sang Ratu
"Yang Mulia, tabib sudah datang," bisik pelayan, berlutut dengan kepala tertunduk.
Aku bersandar di bangku, meletakkan tangan di pelipis, menutup mata, dan melambaikan tangan, "Biarkan dia masuk."
Pelayan itu meninggalkan ruangan, dan seorang wanita paruh baya dengan pakaian abu-abu masuk membawa kotak obat.
"Yang Mulia, ini suatu kehormatan mendapat kesempatan untuk melayani Anda," katanya, berlutut di lantai, membungkuk dengan sikap rendah hati.
Sakit kepala membuatku tak ingin berbicara dengannya dengan sopan. "Berdiri."
"Ya, Yang Mulia." Dia berdiri kaku, seolah tidak tahu bagaimana harus berdiri di istanaku.
"Aku dengar ayahmu pandai melakukan akupunktur?"
"Ya, ayahku pergi ke timur waktu muda dan belajar akupunktur."
"Kamu tahu tentang akupunktur?"
"Aku tumbuh bersama ayahku. Aku bisa mengobati beberapa penyakit dengan akupunktur."