Sudut Pandang Nuri
Azariah berdiri di hadapanku, dan aku menatapnya dalam diam.
Ketika dia mendengar pertanyaanku, dia berhenti sejenak dan memutar matanya dengan cepat. Lalu dia tersenyum lagi dan mengatakan bahwa tandanya tertutupi oleh bekas luka.
Dia benar-benar cerdas. Kata-katanya tidak hanya menjawab pertanyaanku, tetapi juga mengingatkanku pada fakta bahwa Sibyl hampir membunuhnya dalam perebutan obat penawar.
Aku salah. Aku tidak seharusnya percaya bahwa seorang dewasa dapat membuat perubahan besar dalam beberapa hari. Ambisi keluarga Windsor berada di luar imajinasiku. Mereka tidak hanya ingin memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan, tetapi juga ingin mengendalikan keluarga kerajaan.
Aku tidak pernah begitu banyak memikirkan alasan Azariah ingin menikah denganku. Aku sudah sering melihat banyak wanita yang mencoba masuk ke tempat tidurku. Yang mereka kejar hanyalah kekayaan dan kemewahan. Azariah, sebaliknya, menginginkan kekuasaan dan tahu cara menggunakannya.