POV Selene
Dia berjalan perlahan masuk ke kamar tidur, menuju lemari, dan mulai melepas mantelnya.
Aku hanya bisa menahan napas dan tidak berani membuat suara apa pun. Satu-satunya suara di kamar itu adalah gemerincik pakaian dan api lilin yang membakar.
Terasa sangat sunyi. Itu membuatku semakin gugup.
"Bagaimana perasaanmu?" Dia berganti pakaian tidur dan berbalik untuk menatapku.
Tubuhnya yang tinggi menghalangi cahaya lilin, dan aku merasa semakin seperti mangsa yang terjerat dalam perangkap.
Aku bergerak hati-hati ke dalam ranjang. "Aku baik-baik saja... Oh, tidak, aku masih pusing..."
Sebelum aku bisa menyelesaikan, tangannya yang besar menyentuh dahiku lagi. "Kamu tidak demam lagi. Istirahatlah. Aku sudah menyiapkan seorang pembantu untukmu. Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan bersih-bersih mulai sekarang. Kamu adalah tuan, bukan pelayan."