145 Cinta dan Gairah

POV Sibyl

Ketika aku bangun, separuh tempat tidur di sebelahku kosong. Nuri tidak ada. Matahari bersinar langsung menerobos jendela. Matahari bersinar sedikit lebih terang. Aku menyipitkan mata dan perlahan terbiasa dengan cahaya itu. Sepertinya aku telah melewatkan waktu untuk bangun.

"Amy…"

Aku memanggil nama pembantuku, dan suara serakku mengejutkan diriku sendiri begitu aku membuka mulut. Aku mengedipkan mata untuk meredakan rasa malu lalu bangkit dari tempat tidur untuk mengambil segelas air. Aku tidak ingin bertemu siapa pun sampai tenggorokanku pulih. Suaraku yang serak terdengar malas dan puas. Ini begitu ambigu!

Setelah segelas air dingin, pikiranku mulai sedikit jernih. Tapi aku masih tidak bisa sepenuhnya semangat. Aku begitu lelah, seperti telah berjalan ribuan kilometer. Punggungku terasa sangat pegal, aku tak bisa meluruskannya. Bahkan duduk di kursi pun sulit bagiku. Jadi aku kembali ke tempat tidur yang lembut dan nyaman.