Sun_forever

"Yang Mulia, ini putri saya, dan saya menawarkan kesetiaan saya."
Di sebuah pesta mewah, saya bersembunyi di sudut dan menyaksikan ayah saya, seorang alfa, membungkuk untuk berbicara kepada pangeran di atas takhta, sementara saudari saya, Bernice, mengenakan gaun ketat dan glamor, duduk di kaki pangeran dan menunjukkan senyum yang menawan dan berlagak sombong.
Itu adalah resepsi untuk sang Pangeran dan untuk saudari saya menjadi pasangan hidupnya.
"Gadis ku, aku menangkapmu."
Suara menjijikkan sepupu saya terdengar. Dingin merayap di punggung saya.
"Kamu tidak dapat melepaskannya," katanya, mengulurkan tangan untuk saya lagi.
Tidak...
Pada saat yang sama, terdengar jeritan rendah dari pusat jamuan. Bernice tampak pucat, dan pangeran mengerutkan kening pada kerumunan di depannya. Dia memiliki aura menekan Lycan yang membuat semua orang takut untuk bernapas.
"Bukan dia," kata sang pangeran, bahkan menolak untuk melihat Bernice.
Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah pasangan hidup sang Pangeran adalah Bernice?
Saya bersembunyi di sudut. Saya tidak berminat untuk melihat apa yang terjadi di pesta itu. Saya hanya ingin menyingkirkan bajingan di depan saya.
Namun mengapa sang Pangeran melihat saya bersembunyi di sudut?
Oh, dewi Bulan, saya tidak bisa membaca matanya.

Berpasangan dengan Pangeran Lycan

Gunung-gunung tinggi menjulang ke langit, dan di belakangnya ada jalan-jalan sempit. Prajurit-prajurit kami telah melewatinya tiga kali untuk memastikan tidak ada satu biji pun yang terlewat. Air terjun jatuh dari tebing tinggi dan memercik ke kolam-kolam jernih. Aku harus mengakui, suara itu sangat mengganggu.


"Yang Mulia, meskipun terdengar kurang sopan, aku harus bertanya, apakah Anda yakin Beowulf ada di sini?"


Roth tidak berusaha menyembunyikan kebingungannya, memandang lurus ke arahku.


Betapa polosnya pria ini dengan otot besar! Amy telah terpikat padanya, dan aku mulai khawatir tentang selera pelayanku itu. Namun demi Amy, aku tidak menyalahkannya.


"Roth! Aku pikir itu bukan cara yang tepat untuk memperlakukan seorang ratu," kata Nuri, mengerutkan kening kepada bawahannya yang setia. Dia selalu membelaku seperti itu, tidak peduli dengan siapa aku berhadapan.


143 Untuk Orang-Orangku Dan Untuk Istriku