Udara semakin tegang ketika tentara manusia mulai terlihat di kejauhan.
Nyonya Aurora berdiri diam, sikapnya yang stoik tidak berubah sedikit pun, saat dia melihat siluet manusia yang semakin mendekat.
Mereka mengendarai kuda—yang semuanya terpesona untuk bergerak lebih cepat dari biasanya sambil merasakan sedikit kelelahan mungkin.
Pria di barisan terdepan, yang awalnya tidak lebih dari sekadar bayangan buram, selanjutnya menjadi gambaran yang jelas bagi Aurora.
'Dia pasti pemimpin mereka...' Begitu pikirnya dalam hati.
Dia mengenakan mantel bulu—menyerupai kulit serigala putih—dan dia tidak mengenakan sesuatu pun untuk baju, sehingga seluruh dadanya terpampang untuk dilihat semua orang.
Celana longgarnya dengan kuat tetap di kedua sisi tunggangannya, dan rambut panjang serta acak-acakannya membuatnya terlihat lebih seperti binatang daripada manusia.