Begitu Isabella masuk ke ruang kelas, semua murid yang awalnya sedang berbinbing dan berbicara satu sama lain menjadi hening.
Semua mata tertuju ke arah pintu masuk untuk melihat seorang wanita berpakaian setelan jas serasi, Isabella, yang berjalan mendekat.
Tidak seperti dulu di ruang kontrol tahun pertama, ketika dia sedang menyesap smoothie dan membuat para operator tidak nyaman, kali ini, dia hanya memegangnya di tangannya saat berjalan menuju panggung, mengabaikan tatapan semua murid yang penasaran.
Setelah beberapa detik, dia sampai di meja obsidian di samping panggung. Dia meletakkan smoothienya di meja dan memalingkan pandangannya ke arah murid-murid yang duduk di depannya.
Satu bagian langsung menarik perhatiannya— bangku paling rendah tempat para pemuda tingkat satu duduk.
Saat mengamati mereka satu per satu, Isabella tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan nafas panjang, dan para pemuda menjadi bingung, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.