ash_knight17

Tubuh seorang putri duyung adalah brankas untuk harta karun. Air mata mereka membentuk mutiara paling indah, darah mereka yang luar biasa adalah obat euforia bagi vampir, rambut mereka yang elok ditenun menjadi sutra terbaik, dan daging mereka yang lembut lebih dicari oleh manusia serigala daripada ambrosia dari Surga.

Makhluk-makhluk malam bercengkerama di dalam masyarakat manusia, berpakaian dalam bulu aristokrasi, terselubung dalam kepolosan dan kebangsawanan yang mereka tampilkan, kebengisan mereka terus memangsa yang lemah dan tidak berdaya.

Genevieve Barlow, dipanggil Eve, adalah seorang wanita muda yang sangat aneh. Dia memiliki sifat yang memesona dan memikat, di mana untuk dirinya yang berusia dua puluh empat tahun tidak banyak berubah dalam penampilan sejak ulang tahunnya yang kedelapan belas. Dia telah menipu administrasi dan mendapatkan gelar agar bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.

Hal paling aneh dari semuanya adalah bahwa Eve memiliki rahasia yang tidak ia bagikan kepada siapa pun.

Dia memasuki rumah Moriarty, bukan hanya untuk mencari nafkah tetapi juga untuk menemukan jawaban atas apa yang terjadi pada ibunya hampir dua dekade lalu.

Sayangnya, hal-hal tidak selalu berjalan sesuai rencana. Meskipun sifatnya yang berhati-hati dan keinginannya untuk tidak terlihat, sepasang mata dingin memperhatikannya, yang kemudian menolak untuk mengalihkan pandangannya.

Daya Pikat Malam

Suara langkah kaki yang samar-samar menjadi lebih keras dan berhenti ketika orang itu berdiri di depan pintu ruangan. Itu adalah Nyonya Marceline, memegang rangkaian bunga di tangannya.


"Selamat sore, Nyonya Marceline," sambut Eve kepada wanita muda itu, yang menawarkan senyuman sopan kepadanya.


"Sore, Nona Barlow," sahut Marceline, dan matanya jatuh pada adik perempuannya yang sedang minum air. Melihat adiknya yang tampak terguncang, dia bertanya, "Ada apa, Allie?" Lalu dia berpaling kepada Eve, "Apakah ada yang terjadi?"


Eve menggelengkan kepala dan menjawab, "Saya tidak yakin. Kami baik-baik saja, tapi kemudian Nona Allie tiba-tiba menjadi diam."


Marceline mengerutkan kening, berjalan mendekati tempat Allie duduk. Dia meletakkan tangannya di pundak Allie dan berkata, "Mengapa kamu tidak pergi dan panggil Kehlani untukku, Allie?"


Setengah kebenaran trauma