Melani berkedip, jantungnya berdegup kencang sementara Simon menatapnya dengan tatapan serius. Hilang sudah iblis jahil itu, digantikan oleh sosok pria yang lebih penuh semangat, di mana tatapannya tertuju padanya.
Simon membelai pipinya, "Tidak ada tekanan jika kamu tidak mau. Kita bisa tetap duduk di sini—"
"Tidak," bisik Melani, saat kabin bianglala terus bergerak, menyelesaikan satu putaran lagi, sementara dia merasakan kupu-kupu di perutnya semakin banyak.
"Lalu mari kita turun begitu kita sampai di bawah," kata Simon, dan dia merapatkan tubuhnya ke depan, menekan bibirnya pada bibirnya.
Begitu mereka sampai di bawah, bianglala berhenti, dan Simon mendorong pintu sebelum membantunya keluar dari sana, membuatnya merasa seolah-olah dia adalah seorang wanita dari zaman tempat Simon berasal. Tangan Simon kokoh memegang tangannya, dan dia menariknya keluar dari sana tanpa sepatah kata pun atau bisikan kepada pasangan lain yang sedang menikmati waktu mereka sendiri.