Pria yang memakai masker

'Siapa yang kau bohongi Alicia?' Aku berpikir pada diri sendiri. 'Tidak ada yang akan berubah meski malam ini berlalu.' Aku menghela nafas.

"Sepertinya putri ketiga Alicia Roselyn Von Heist tidak akur dengan saudara tirinya." Seorang suara pria muda berkata.

"Siapa di sana?" Aku melihat ke sekeliling mencari-cari.

Seorang pria muda yang tinggi dengan setelan hitam bermotifkan emas muncul dari bayang-bayang. Ia memakai topeng yang menutupi setengah wajahnya. Rambutnya sehitam malam dan matanya biru gelap seperti samudera yang dalam.

"Tuan muda yang mana ini?" Aku bertanya dengan sopan.

"Saya Regaleon dari Grandcrest." Ia menyapa. "Saya mengucapkan salam kepada putri ketiga Alvannia." Ia membungkuk. Aku membalas dengan sopan santun.

"Terima kasih Tuan Regaleon." Aku berkata.

Dia menatapku sesaat sehingga aku merasa sedikit canggung. Matanya yang biru gelap tertuju padaku hingga aku hampir tenggelam dalam kedalamannya.

Regaleon berjalan mendekatiku dan semakin dekat. Aku terkejut dengan kedekatannya hingga aku secara refleks mundur dan tersandung. Namun ia menangkapku dengan tangannya dan menarikku ke dalam pelukannya.

"T-tuan." Aku berkata dengan canggung.

"Maaf jika aku membuatmu kaget." Kata Regaleon. "Aku hanya ingin memberimu ini."

Aku melihat Regaleon memegang sebuah mawar biru di tangannya.

"Sebuah mawar biru?" Aku bertanya. Mawar biru adalah jenis yang paling langka. Hanya dapat dilihat di bagian terpencil dari Grandcrest. Itu juga merupakan bunga nasional mereka dan juga termasuk dalam lambang keluarga kerajaan Grandcrest.

Regaleon meletakkan mawar biru di antara telingaku yang kanan dan kepala.

"Kecantikan mawar menjadi hidup saat kau memakainya." Kata Regaleon. Aku memerah dengan pujianya.

"Tuan Regaleon..." Aku berkata. Aku masih dalam pelukannya dan aku ingin menyuruhnya melepaskanku.

"Beri aku tarian." Kata Regaleon.

"Hah?" Aku bingung. Dia tidak 'meminta' aku untuk menari dengannya? Tapi sepertinya dia tidak akan menerima jawaban tidak. Lalu dia dengan lembut menarikku ke dalam ruang bal dan ke lantai dansa.

Setelah kami masuk, semua mata tertuju pada kami. Kegaduhan dari tamu-tamu perlahan berhenti. Aku sedikit terkejut. 'Siapakah pria muda ini sehingga membuat seluruh orang di ruang bal menjadi diam?' Aku berpikir pada diri sendiri.

Para tamu yang sedang menari di lantai dansa berhenti dan memberikan jalan untuk kami. Setelah kami berada di tengah, pria muda itu berbalik ke arahku dan mengajakku ke dalam pelukannya. Kami sudah dalam posisi menari.

"Aku percaya kau tahu bagaimana menari waltz, putri." Aku melihat senyum menggoda dari wajah pria muda itu.

Menari adalah salah satu hal yang diajarkan kepadaku dua minggu lalu. Karena aku tidak diberi pelatihan menjadi putri, mereka membutuhkanku untuk berlatih waltz setiap hari.

"Y-ya. Tentu saja." Aku menjawab.

Kemudian para musisi mulai memainkan waltz.

Pria muda itu membimbingku menari. Aku selalu canggung dalam belajar menari. Tapi dengan pria muda ini mengarahkan langkahku, seolah-olah aku telah menari sepanjang hidupku.

Perasaannya sungguh luar biasa. Setiap putaran dan kepakan kami penuh keanggunan dan elegan. Aku tidak menyadari bahwa aku mengenakan senyuman di wajahku. Pria muda yang memimpinku tersenyum sambil menatapku. Aku menatap matanya yang biru gelap. Mereka sangat memikat. Aku merasa seperti akan membiarkan mereka menelan aku dalam kedalaman kapan saja. Seolah-olah hanya kami berdua yang ada di ruang bal, kami berada di dunia kami sendiri.

Kemudian musik mencapai klimaksnya dan kami mulai melambat hingga musik berhenti. Tepuk tangan yang meriah terdengar di ruang bal.

Kami saling menatap sesaat sebelum sorakan kerumunan menggugah kami. Pria muda itu membungkuk di hadapanku dan aku memberinya sopan santun.

"Putra Mahkota Regaleon Yosef Astley dari Grandcrest." Aku mendengar ayahku raja di belakangku. "Senang sekali kau berkenan hadir di acara kami hari ini."