Regaleon memelukku erat. Suhunya sedikit panas. Kepalanya bersender di bahuku. Aku bisa mendengar napasnya yang berat. Itu membuatku sedikit khawatir.
"Regaleon, apakah anda merasa tidak enak badan? Apakah karena obat yang anda hirup?" kataku dengan khawatir.
"Jangan khawatir, aku masih bisa bertahan." Regaleon menatapku dan tersenyum. "Bagaimanapun, apa yang akan kau lakukan terhadapnya?" Regaleon menggerakkan kepalanya ke arah Veronica yang terbaring tak sadarkan diri di tanah.
Aku menatap saudara tiriku dengan amarah dan kebencian.
"Bagaimana dia berani melakukan ini kepada calon suamiku?!" kataku dengan amarah yang memuncak.
"Apapun rencanamu, aku akan mendukungmu." kata Regaleon. "Aku di sini untuk mendukungmu."
Aku tersenyum manis padanya dan mengangguk. Aku perlahan menjauh dari pelukan Regaleon dan berjalan menuju tempat saudara tiriku terbaring.