Pandangan kakak tertuanya tetap lembut seperti dulu, sedangkan kakak kedua yang pemberontak memalingkan wajahnya dengan tangan bersilang, menunjukkan ekspresi penolakan.
Tapi sekarang, pada saat mata mereka yang lelah bertemu, semua kata-kata mencair.
Wajah Li Muxiu dipenuhi air mata, dan pria tua ini, yang tidak pernah meneteskan air mata bahkan ketika merangkak keluar dari bawah puluhan ribu mayat iblis di medan perang, kini menangis tak terkendali.
Simpul dan luka lama di hatinya larut saat itu.
Ternyata kakak tertuanya tidak pernah menyalahkannya…
Tubuh Li Muxiu bergetar sedikit, tapi perlahan, dia menenangkan emosinya, menghapus air mata dari wajahnya, dan rona merah yang jarang muncul di wajahnya yang telah lapuk oleh waktu.