Muffin-muffin itu baru saja keluar dari oven ketika Aaron turun dari tangga, menggosok-gosok matanya. "Apa-apaan kamu memanggang pukul enam pagi begini?" tanyanya sambil menguap.
"Gak bisa tidur," jawab Keeley santai. "Kenapa kamu sudah bangun?"
"Mengingat aku tidur sangat awal, aku sudah cukup istirahat sekitar sepuluh jam. Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Boleh aku coba satu?"
"Aku bikinnya buat ayahku tapi ya. Tunggu beberapa menit ya, masih panas ini."
Dia berjalan ke belakangnya dan mulai menyalakan pembuat kopi sebelum duduk dan menunggu. "Kukira kamu baru akan bertemu dengannya besok."
Dia mengoleskan mentega di atas muffin-muffin itu yang masih panas sehingga mentega leleh di dalam. Tidak ada yang lebih enak daripada muffin hangat bermentega. Sayangnya, ayahnya harus menerima muffin bermentega yang sudah dingin karena pasti sudah turun suhunya saat dia sampai di Brooklyn. Ya sudahlah.