"Karena kamu adalah sekretarisku, itulah sebabnya aku harus lebih peduli. Kamu kan tangan kananku, tahu?"
"Aku tahu..." Shen Yu tersenyum pahit.
Suara kembang api meletup dapat terdengar di telinganya.
Di seberang koridor, sisa-sisa kembang api bisa terlihat di ujungnya.
Entah kenapa, gelombang emosi yang intens menggebu dalam hatinya.
Dia perlahan mengangkat ujung gaunnya, memperlihatkan luka di lututnya.
Itu adalah luka lecet besar, kulit terkelupas, tapi hanya pendarahan dangkal.
Di luar lecet itu, ada beberapa memar di kaki rampingnya.
Pantas saja dia berjalan tertatih-tatih—ternyata dia terluka.
Nan Juefeng mengerutkan kening, "Jangan bergerak, aku akan mencari seseorang untuk merawat lukamu."
Dia melangkah maju dengan kaki panjangnya, hendak pergi.
"Presiden, tunggu sebentar!"
Shen Yu menggigit bibirnya, seolah-olah menguatkan diri untuk sesuatu.