Takdir Max

Ketika Max bangun, dia merasakan nyeri parah di lehernya, seolah baru saja dipukul keras di sana.

Dia sepertinya mengingat mimpi yang sangat nyata, di mana dia berbagi ciuman penuh gairah dengan Malaikat Agung Hazriel di balkon kamar ini, namun, dia yakin bahwa semua itu tidak lebih dari sekadar mimpi.

Satu-satunya masalah adalah, bibirnya masih merasakan kelembapan bibirnya meskipun itu hanya mimpi dan seperti lehernya yang sedikit terasa nyeri, bibirnya juga merasakan sensasi terbakar perlahan yang hanya terjadi setelah sesi berciuman yang intens dengan seseorang.

" Mimpi yang begitu nyata… " Max bergumam saat ia menggeliat dan bangun, hanya untuk tercengang melihat Malaikat Agung Hazriel berdiri di balkon kamar seperti dalam mimpinya beberapa saat yang lalu.

Max menyentuh bibirnya, lalu lehernya, kemudian melihat sekeliling kamar untuk melihat Asiva dan Zippo masih pingsan, sambil bertanya-tanya apakah itu semua benar-benar mimpi atau bukan?