Brandon Piers merasa terhibur.
Dia menyunggingkan senyumnya kepada anak kecil gendut di depannya, "Apakah ini yang kamu cemaskan?"
Namun Abigail menatap pria itu dengan serius. "Bukankah ini sesuatu yang harus dicemaskan?"
"Kapan aku membutuhkan persetujuan orang lain untuk menikah? Apa hubungannya ejekan orang lain denganku?" Brandon Piers bersandar pada sandaran kepala. Suaranya yang lantang membawa lapisan tipis dingin, dan ada jejak sarkasme di matanya, seolah-olah dia menganggap ini pertanyaan yang sangat membosankan.
Abigail diam-diam menatap Brandon Piers. Dia selalu tahu bahwa pria itu tidak terlalu peduli dengan opini orang lain. Kalau tidak, dia tidak akan menyebabkan cabang utama keluarga Piers hancur saat dia masih di bawah umur dan mendapatkan reputasi sebagai orang yang kejam di usia yang begitu muda.
Dia belum menyadari bahwa pria itu bukan tidak peduli; dia hanya hidup dengan transparan.